Lampaui Target, 10 Juta UMKM, Petani, dan Nelayan Go-Online
Meski demikian, jumlah tersebut masih terbilang kecil jika dibanding total UMKM di Indonesia yang mencapai 56 juta. Brand and Digital Science Expert Founder of Tram Digital Erwin Panigoro sempat menyebutkan, ada empat hal yang membuat UMKM sulit beralih ke digital.
Pertama, resistensi terhadap perubahan. Beberapa UMKM menganggap teknologi adalah hal baru, sehingga mereka masih meraba-raba potensi bisnisnya terlebih dulu.
Kedua, resistensi terhadap teknologi. "Di Tangerang Selatan, misalnya, 60% dari 500 UMKM di satu komunitas menganggap produknya tidak butuh teknologi," katanya.
(Baca: Pelaku UMKM Minta Aturan Pajak E-Commerce Ditunda Satu Tahun)
Ketiga, masalah pemahaman karakter dan pola pembelian konsumen. Kebanyakan UMKM membuat produk atas kemampuan yang mereka punya, bukan keinginan pelanggan. "Misalnya, saya bisanya buat gado-gado. Ya saya buat itu," kata dia. Padahal, riset ini penting supaya produk bisa diterima konsumen. Sementara data perilaku konsumen akan lebih mudah diperoleh jika bisnis dikelola secara digital.
Keempat, kurangnya keunggulan bersaing. Bila berjualan secara online, masih banyak UMKM yang tak paham pentingnya penampilan produk. Padahal, tampilan ini penting supaya produknya lebih menarik di antara banyaknya barang yang diperdagangkan lewat platform e-commerce ataupun aplikasi layanan online to offline (O2O) seperti Go-Food dari Gojek.