Startup TaniHub Investasi Besar-besaran di Infrastruktur Pertanian
Startup pertanian, TahiHub menggunakan sebagian besar dana untuk membangun infrastruktur seperti warehouse dan Processing and Packing Center (PPC). Ini bertujuan meminimalkan potensi produk rusak.
CEO TaniHub Group Pamitra Wineka menyampaikan, sektor pertanian di Indonesia membutuhkan solusi end to end. “Maka dari itu, kami berinvestasi besar-besaran ke infrastruktur dari hulu ke hilir, supaya benefit ke petani dan konsumen bisa maksimal,” kata dia dalam acara virtual executive interview, Senin (31/5).
Saat ini, TaniHub memiliki enam warehouse dan PPC. Pria yang akrab disapa Eka itu mengatakan, seluruh warehouse akan ditingkatkan kapasitas dan fasilitasnya.
Ia mencontohkan, ada beberapa warehouse dan PPC dengan luas 500 hingga 1.000 meter persegi. Ini akan ditingkatkan menjadi 5.000 sampai 8.000 meter persegi.
Kemudian, menambahkan variasi fasilitas cold chain atau rantai pasokan yang dikontrol dari sisi suhu. “Ada (produk) yang butuh frozen, ada pula yang hanya butuh dingin,” ujar dia. Ini karena perusahaan ingin menambah jenis produk yang diperdagangkan.
Eka menjelaskan, warehouse terletak dekat konsumen akhir. Sedangkan PPC lebih dekat dengan petani. Ini bertujuan supaya petani lebih cepat mengirimkan hasil panen ke fasilitas TaniHub.
Melalui PPC, hasil panen juga bisa dibersihkan dan dipilah secara otomatis menggunakan mesin. Ini diklaim meminimalkan produk rusak atau terlalu matang.
Dengan begitu, jumlah produk yang rusak bisa diminimalkan. “Kalau mereka kirim langsung ke warehouse, butuh waktu berjam-jam dan hasil tani ditumpuk,” kata Eka.
Ia menyampaikan, perusahaan akan membangun warehouse dan PPC di beberapa daerah yang belum dijangkau. “Untuk warehouse, kami incar yang penduduknya memiliki literasi digital tinggi. Kami akan ekspansi mungkin ke dua atau tiga kota baru tahun ini,” ujar dia.
Pengembangan infrastruktur tersebut dilakukan TaniHub setelah meraih pendanaan seri C US$ 65,5 juta atau sekitar Rp 942 miliar. “Kami kan tipe bisnis yang very capital intensive, butuh modal besar. Kami mau memastikan penggunaan dananya sangat cepat,” katanya.
Sejauh ini, ia mengklaim bahwa layanannya menurunkan waktu pengiriman hasil panen dari lima jam menjadi sejam karena infrastruktur tersebut. “Kami mau turun lagi menjadi 30 menit,” kata dia.
Ia optimistis, pembangunan infrastruktur end to end dapat meningkatkan efisiensi di sektor infrastruktur. Dengan begitu, kontribusinya terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia semakin besar.