Investasi ke Empat Sektor Startup Indonesia Diramal Moncer Tahun Depan
Investor dari kalangan modal ventura memperkirakan, pendanaan terhadap startup Indonesia melonjak tahun depan. Setidaknya ada empat sektor yang diincar yakni kesehatan, pendidikan, logistik, dan teknologi finansial (fintech).
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, peningkatan investasi ke perusahaan rintisan pada 2022 terpengaruh oleh tren kelahiran unicorn dan decacorn baru tahun ini.
"Tren private investment akan meningkat dengan munculnya decacorn," kata Edward kepada Katadata.co.id, Kamis (23/12).
Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun. Sedangkan decacorn lebih dari US$ 10 miliar atau Rp 140 triliun.
DailySocial.id juga mencatat ada tujuh unicorn baru Indonesia tahun ini. Mereka yakni JD.ID, Blibli, Tiket.com, J&T Express, Kredivo, Ajaib, dan Xendit.
Dengan begitu, Indonesia total memiliki 11 unicorn, termasuk Tokopedia, Traveloka, Bukalapak, dan OVO. Selain itu, satu decacorn yakni Gojek.
Akan tetapi, data CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies' menunjukkan, Nusantara mencatatkan empat unicorn baru tahun ini yaitu J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit.
Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.
Valuasi J&T Express bahkan tercatat US$ 20 miliar atau berstatus decacorn. Padahal, nilainya baru US$ 7,8 miliar pada medio April.
Hurun Global Unicorn Index 2021 mencatat, valuasi J&T Express US$ 20 miliar atau sekitar Rp 285 triliun. Nilainya lebih besar ketimbang Gojek US$ 10,5 miliar atau setara Rp 150 triliun.
Selain itu, pendanaan dari investor terdorong oleh banyaknya startup yang berencana exit strategy. "Jadi seharusnya tren positif ini akan terus meningkat sampai tahun depan," kata Edward.
Exit strategy adalah pendekatan yang direncanakan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan/atau meminimalkan kerugian. Ini bisa berupa IPO, merger, atau akuisisi.
Sedangkan, sektor startup yang diprediksi moncer tahun depan, salah satunya pendidikan. Perusahaan rintisan seperti Ruangguru dan Zenius menjadi incaran karena kinerja tumbuh pesat selama pandemi Covid-19.
Ruangguru misalnya, mencatatkan peningkatan pengguna 50% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 22 juta lebih.
Pengguna Zenius tumbuh lebih dari 10 kali lipat pada 2020. Retensi pengguna pun mencapai lebih dari 90%. Capaian ini mendorong pendapatan tumbuh 70% secara tahunan.
Selain itu, startup logistik diramal moncer tahun depan. Terlebih lagi, J&T Express kini berstatus decacorn.
"Ini akan memberikan keyakinan tambahan bagi ekosistem startup logistik di Indonesia," kata Edward.
Selain kedua sektor itu, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro sempat mengatakan bahwa investasi ke startup kesehatan dan keuangan akan moncer tahun depan. "Kami tidak mudah berubah haluan, karena long-term investors," kata dia.
Ia memperkirakan, minat investor terhadap startup kesehatan akan tetap tinggi meski pandemi Covid-19 usai. “Ini karena masyarakat semakin melek tentang kesehatan".
Pada Oktober, Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan bahwa perusahaannya menyuntik modal empat startup kesehatan. Ini termasuk yang berbasis riset, seperti Nalagenetics dan Nusantics.
“Di Indonesia, kalau dilihat, akses ke fasilitas kesehatan masih rendah sekali. Jika berdasarkan progres dan bicara kategori lain, e-commerce dan edutech, (startup kesehatan) yang digital platform kemungkinan akan ‘jalan’ lebih dulu. Tapi tidak menutup kemungkinan yang berbasis riset bakal jalan,” ujar Willson saat wawancara dengan beberapa jurnalis, pada Oktober (15/10).
Sedangkan sektor fintech tetap menjadi incaran terdorong oleh tren transaksi secara non-tunai dan kebutuhan layanan pinjaman dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
DailySocial.id melaporkan bahwa startup Indonesia telah meraih investasi US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 58,6 triliun per November. Dana paling besar mengalir ke GoTo, gabungan Gojek dan Tokopedia.
Pendanaan US$ 4,1 miliar itu terdiri atas 191 transaksi. GoTo memimpin dengan investasi US$ 1,3 miliar atau lebih dari Rp 18,5 triliun.
Sedangkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai investasi ke startup di Indonesia US$ 4,7 miliar atau Rp 67 triliun pada semester pertama atau Januari – Juni. Nilainya melampaui capaian setahun penuh dalam empat tahun terakhir.