Pendanaan Startup Rp 67 Triliun, RI Diramal Segera Punya Unicorn Baru

Fahmi Ahmad Burhan
15 November 2021, 11:40
startup, unicorn, pendanaan, investasi
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/AWW.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi 'startup' yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).

Google, Temasek, dan Bain dalam laporan bertajuk e-Conomy SEA 2021 memperkirakan, nilai investasi ke startup di Indonesia US$ 4,7 miliar atau Rp 67 triliun pada semester pertama atau Januari – Juni. Nusantara diperkirakan segera mempunyai unicorn baru.

Unicorn merupakan sebutan untuk startup yang memiliki valuasi di atas US$ 1 miliar. Indonesia memiliki empat unicorn baru tahun ini yakni J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit. Nama OnlinePajak sempat masuk lis CB Insights bertajuk 'The Complete List of Unicorn Companies', tetapi belakangan menghilang.

Dengan begitu, Indonesia kini memiliki delapan unicorn termasuk Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO. Selain itu, ada satu decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar yaitu Gojek. 

Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan mengatakan, ada peluang penambahan unicorn tahun ini. Sebab, animo investor untuk mendanai startup masih besar.

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk e-Conomy SEA 2021, nilai investasi ke startup Indonesia US$ 4,7 miliar pada semester pertama. Nilainya melampaui capaian setahun penuh dalam empat tahun terakhir.

Nilai investasi ke startup Indonesia
Nilai investasi ke startup Indonesia (Google, Temasek, dan Bain & Company)

Ia memperkirakan ada sejumlah sektor startup potensial yang akan menambah jumlah unicorn di Indonesia. "Sektor teknologi finansial (fintech) dan logistik ini potensial, karena mendominasi pendanaan tahun ini," kata Edward kepada Katadata.co.id, pada Senin (15/11).

Menurutnya, sektor kesehatan dan pendidikan juga sebenarnya mempunyai potensi cukup besar untuk menjadi unicorn. "Tapi sektor kesehatan dan pendidikan akan melalui 1-2 kali private investment terlebih dahulu," kata Edward. Kemudian, sektor lainnya seperti pertanian akan menyusul tahun depan.

Sebelumnya, anak usaha Telkom, MDI Ventures menyebut ada dua startup portofolio yang segera berstatus unicorn. "Kami memang berharap akan ada dua investasi lagi yang menjadi unicorn. Tapi, saat ini, kami belum bisa menyebutkan namanya. For sure, sudah ada dalam pipeline," kata Direktur Strategic Portfolio Telkom Budi Setiawan Wijaya saat paparan publik, pada September (6/9).

Berdasarkan laman MDI Ventures, sejumlah startup yang disuntik modal seperti SiCepat, Alodokter, Amartha, Kredivo, Cermati, TaniHub, PrivyID, dan banyak lagi. Modal ventura ini juga berinvestasi di perusahaan rintisan asing seperti MPL dari India dan Anchanto di Singapura.

Sejauh ini, Kredivo mengklaim sudah menjadi unicorn. Ini disampaikan oleh Co-Founder sekaligus CEO FinAccel Akshay Garg saat konferensi pers virtual terkait pencatatan saham perdana alias IPO pada Agustus (3/8).

Startup di sektor fintech itu juga berencana IPO di bursa saham Amerika Serikat (AS). Kredivo juga mempertimbangkan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia (BEI). 

Kemudian startup logistik dari MDI Ventures, SiCepat sempat disebut-sebut berpeluang menjadi unicorn. Perusahaan rintisan ini merampungkan pendanaan Seri B US$ 170 juta atau sekitar Rp 2,44 triliun pada Maret.

Co-founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca juga mengatakan, ada enam startup portofolio yang bersiap menyandang status unicorn kurang dari setahun. “East Ventures kurang dari setahun, masih ada enam lagi siap-siap menjadi unicorn,” kata dia saat sesi diskusi dengan media secara virtual, pada Oktober (14/10).

Ia tidak memerinci startup sektor mana saja yang bersiap menyandang status unicorn. “Dari banyak kategori,” ujar dia.

Beberapa startup portofolio East Ventures yang sudah berstatus unicorn yakni Tokopedia, Traveloka, dan Xendit.

Meski Willson tidak memerinci nama maupun sektornya, Ruangguru dikabarkan semakin mendekati status unicorn. Tech In Asia melaporkan, startup pendidikan ini telah mengumpulkan pendanaan US$ 55 juta dari Tiger Global Management dan GGV Capital pada April.

Perusahaan mengatakan, akan menggunakan dana segar ini untuk mempercepat ekspansi bisnis di Indonesia, Vietnam, dan Thailand di segmen K-12 atau SD hingga SMA dan pembelajaran seumur hidup.

Sumber Tech In Asia yang akrab dengan Ruangguru mengatakan, valuasi startup pendidikan itu melampaui US$ 800 juta. Ini artinya, butuh US$ 200 juta untuk Ruangguru menyandang status unicorn.

Menanggapi hal itu, Head of Corporate Communications Ruangguru Anggini Setiawan menyampaikan bahwa fokus utama Ruangguru saat ini yaitu kesinambungan bisnis.

“Meski penting bagi perusahaan untuk menjaga pertumbuhan, dampak dan profitabilitas, kami akan terus menginvestasikan sumber daya untuk meningkatkan produk, layanan, serta menjajaki peluang pertumbuhan baru,” kata dia kepada Katadata.co.id, Senin (11/10).

Ia membenarkan bahwa Ruangguru baru saja mendapatkan pendanaan dari Tiger Global. “Saat ini posisi keuangan kami sangat baik,” ujar dia. Saat ini tidak ada kebutuhan mendesak untuk mendapatkan pendanaan lanjutan.

“Namun kami tetap terbuka dan mempelajari dengan seksama segala opsi yang dimiliki, termasuk bermitra dengan partner yang dapat membantu Ruangguru meraih dan merealisasikan misi,” katanya.

Sedangkan Menteri BUMN Erick Thohir sebelumnya memperkirakan, jumlah startup Indonesia berstatus unicorn mencapai 25 dalam beberapa tahun ke depan. "Potensinya ada," kata Erick dalam sesi wawancara di kantornya, Jakarta, bulan lalu (23/9). “Semestinya bisa menjadi 25 untuk berapa tahun ke depan.”

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...