Startup Kuliner RI Disuntik Rp9 T per 2021, Kopi Kenangan Jadi Unicorn
HKI melindungi produk agar tidak ditiru. Selain itu, dapat digunakan sebagai alat produksi dan iklan, serta membangun reputasi.
Namun, Fadjar menilai bahwa tantangan utama pemain sektor kuliner yakni sumber daya manusia (SDM) dan kemampuan mengelola usaha. “Kenyataannya, ini proses yang berkelanjutan dan dinamis,” ujar dia.
Hal senada disampaikan oleh VP of Investment & Business Development BRI Ventures, Markus Liman Rahardja. Utamanya, Markus menyoroti pengelolaan perusahaan ketika skala bisnis meningkat.
“Industri berkaitan dengan rasa. Jadi, bagaimana menjaga konsistensi ketika skala bisnis naik. Mengelola lima toko dengan 20 itu berbeda. Begitu juga dengan 300 gerai. Ini butuh kapabilitas dan keunikan,” kata Markus saat konferensi pers virtual terkait pengumuman pendanaan BRI Ventures terhadap Haus!, akhir 2020 (11/12/2020).
Markus menilai bahwa sektor kuliner semakin potensial. Alasannya ada dua, yakni:
1. Layanan pesan-antar makanan memang meningkat selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat pandemi Covid-19. Angkanya tertera pada Databoks di bawah ini:
2. Sektor kuliner memperoleh efek domino dari perkembangan bisnsi berbagi tumpangan (ride hailing) seperti Gojek dan Grab.
3. Bisnis makanan dan minuman pada dasarnya potensial
Di Indonesia, Kopi Kenangan pun sudah berstatus unicorn. Startup kuliner ini memperoleh pendanaan seri C tahap pertama US$ 96 juta atau sekitar Rp 1,3 triliun akhir tahun lalu.
Pendanaan tersebut dipimpin oleh Tybourne Capital Management. Investor sebelumnya juga terlibat dalam putaran investasi ini, seperti Horizons Ventures, Kunlun, dan B Capital. Selain itu, terdapat investor baru yakni Falcon Edge Capital.
"Pendanaan ini menempatkan Kopi Kenangan sebagai perusahaan new retail food and beverage (F&B) berstatus unicorn pertama di Asia Tenggara," kata CEO dan Co-Founder Kopi Kenangan Edward Tirtanata dalam siaran pers, akhir tahun lalu (27/12/2021).