Induk Shopee Dikabarkan Akan Caplok Perusahaan Asuransi Indonesia
Induk Shopee, Sea Group dikabarkan akan mengakuisisi perusahaan asuransi di Indonesia yakni Asuransi Mega Pratama. Kabarnya, ini untuk memperkuat daya saing dengan GoTo dan Grab.
Dua sumber Financial Times yang mengetahui masalah tersebut menyampaikan, Sea Group menyusun rencana untuk mengakuisisi perusahaan asuransi di Indonesia. Salah satu orang mengatakan, kemungkinan target Sea adalah Asuransi Mega Pratama.
Perusahaan asuransi tersebut baru-baru ini diakuisisi oleh salah satu mitra bisnis Sea, Andy Indigo. Andy merupakan putra taipan bisnis Indonesia Ganda Sitorus dan keponakan dari salah satu pendiri Wilmar International, Martua Sitorus.
Andy disebut sebagai mitra bisnis terpenting Sea di Indonesia. Ia memegang hampir 50% saham di unit bisnis pembayaran digital Sea. Selain itu, terlibat dalam investasi Bank Kesejahteraan Ekonomi (BKE) Sea pada 2020.
Dia juga disebut akan membuka jalan bagi induk Shopee untuk memasuki pasar asuransi umum di Indonesia yang bernilai US$ 5 miliar. Walaupun pertumbuhannya tipis tahun lalu, sebagaimana terlihat pada Databoks di bawah ini:
"Kendali Andy atas Asuransi Mega Pratama menyiapkan landasan pengambilalihan oleh Sea ketika siap memasuki pasar asuransi di Indonesia," kata sumber Finansial Times, Rabu (11/5).
Upaya perusahaan Singapura itu masuk ke pasar asuransi Tanah Air adalah untuk bersaing dengan GoTo dan Grab. Sumber Financial Times mengungkapkan, pembelian perusahaan asuransi semacam ini memungkinkan Sea bersaing lebih baik.
GoTo dan Grab masing-masing sudah menawarkan layanan asuransi kepada pengguna dan mitra pengemudi berbagi tumpangan (ride-hailing).
GoTo masuk ke lini bisnis asuransi melalui GoSure. Produk yang diluncurkan sejak Oktober 2019 ini merupakan hasil kerja sama dengan insurtech PasarPolis.
Kemudian Grab menggandeng ZhongAn Technologies International Group Limited untuk membentuk joint venture marketplace asuransi digital di Asia Tenggara pada awal 2019.
Selain itu, akusisi perusahaan asuransi dinilai membuat Sea Group mampu menyediakan layanan keuangan dan teknologi terpadu bagi jutaan pengguna.
Layanan keuangan digital dari Sea Group di Indonesia saat ini baru mencakup pembayaran, pinjaman konsumen, dan bank.
Pendiri Sea Group Forrest Li mengatakan dalam laporan pendapatan, bahwa perusahaan mengharapkan unit layanan keuangan digital mencapai arus kas positif tahun depan.
Sea Group mencatatkan peningkatan pendapatan 127,5% secara tahunan (year on year/yoy) dari US$ 4,4 miliar pada 2020 menjadi hampir US$ 10 miliar (Rp 143,9 triliun) tahun lalu. Namun kerugiannya membengkak.
Rugi bersih Sea Group naik 17,9% yoy dari US$ 1,3 miliar pada 2020 menjadi US$ 1,5 miliar (Rp 21,6 triliun) tahun lalu. Sedangkan laba kotor naik 188,8% menjadi US$ 3,9 miliar
Total laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi atau EBITDA yang disesuaikan negatif US$ 593,6 juta atau membengkak dibandingkan 2020 US$ 107 juta.
“Pada 2021, kami terus berfokus pada pertumbuhan berkelanjutan. Melayani permintaan dan kebutuhan komunitas yang tumbuh dan berkembang pesat. Dengan skala pertumbuhan kami, kepemimpinan pasar, dan saldo kas yang kuat,” kata Li dikutip dari keterangan resmi, bulan lalu (1/3).