Ada Kekhawatiran Gelombang Kedua Corona, 5G Makin Diminati

Fahmi Ahmad Burhan
23 Juni 2020, 19:12
Ada Kekhawatiran Gelombang Kedua Corona, 5G Makin Diminati
ANTARA FOTO/REUTERS/JASON LEE
Ilustrasi, seorang insinyur berdiri di bawah stasiun pangkalan antena 5G dalam sistem uji lapangan SG178 Huawei yang hampir membentuk bola di Pusat Manufaktur Songshan Lake di Dongguan, provinsi Guangdong, Tiongkok, Kamis (30/5/2019).

Ewerbring menilai, 5G berpotensi mendorong pertumbuhan bisnis. Perusahaan memprediksi, nilai tambah dari layanan digitalisasi yang menggunakan 5G mencapai US$ 41 miliar pada 2030.

(Baca: Pengembangan 5G di Indonesia Hadapi Empat Tantangan)

Menteri Riset Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro pun sepakat bahwa 5G akan semakin diminati. "Ke depannya akan ada campuran antara online dan offline (dalam kegiatan sehari-hari),” ujar dia saat mengikuti Katadata Forum Virtual Series bertajuk 'Penanggulangan Covid-19 Berbasis Pengetahuan Dan Inovasi', kemarin (22/6).

Namun, Smartfren mengatakan, ada empat tantangan dalam mengembangkan 5G di Tanah Air. Pertama, nilai investasinya besar. Pemerintah pun menyarankan operator seluler untuk berbagi infrastruktur guna menekan biaya. Riset McKinsey menunjukkan, berbagi fasilitas dapat mengurangi biaya investasi 5G hingga 40%.

"Investasi memengaruhi apakah kami bisa gunakan 5G atau tidak. Kami harus cek," ujar VP Technology Relations and Special Project Smartfren Munir Syahda Prabowo saat konferensi pers secara virtual, pekan lalu (17/6).

(Baca: Adopsi 5G dan IoT di Indonesia Tertunda Akibat Pandemi Corona)

Kedua, regulasi. Pemerintah masih mengatur frekuensi yang tepat untuk adopsi 5G di Indonesia. "Kami tunggu dulu. Sebab, tidak mudah mengalokasikan frekuensi 5G dengan yang sedang digunakan saat ini. Butuh kajian mendalam," katanya.

Ketiga, infrastruktur yang kuat dan besar. Tidak seperti 4G dan 3G, teknologi 5G membutuhkan kapasitas data yang besar. 

Bukan hanya Base Transciever Station (BTS), tetapi juga perangkat pendukung. Oleh karena itu, butuh kolaborasi antarperusahaan telekomunikasi dalam penyediaan infrastruktur. 

Terakhir, penyesuaian produk layanan. Jenis produk dan harga untuk pelanggan perorangan harus disesuaikan. Ia mencontohkan, saat ini kuota data seluler yang dijual di kisaran 60 GB. Saat 5G diterapkan, kuota data yang dijual minimal 100 GB.

(Baca: Indonesia Dianggap Siap Adopsi 5G Tahun Depan)

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...