Startup RI Diramal Masif Adopsi Metaverse 2023, terutama E-Commerce
Teknologi metaverse atau dunia virtual diramal masif diadopsi di Indonesia tahun depan. Startup sektor hiburan dan e-commerce diperkirakan memimpin adopsi ini.
Bendahara Asosiasi Modal Ventura Seluruh Indonesia (Amvesindo) Edward Ismawan mengatakan, berdasarkan pengamatannya, startup yang khusus mengembangkan teknologi metaverse, seperti bidang virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) bermunculan sejak akhir tahun lalu.
"Itu akan makin berkembang tahun ini," kata Edward kepada Katadata.co.id, Kamis (20/1).
Menurutnya, startup jumbo seperti Gojek hingga Traveloka akan memperhatikan dunia virtual. "Namun, teknologi metaverse di perusahaan rintisan besar sebagai extension dari infrastruktur yang sudah ada," kata Edward.
Ia memprediksi, teknologi metaverse akan masif diadopsi oleh startup di sektor hiburan dan pembuat konten (content creator). "Alasannya, potensi di ranah ini sangat besar," katanya.
Teknologi metaverse juga akan masif diadopsi perusahaan e-commerce. Namun Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan, penerapan metaverse di sektor ini masih dalam tahap pengembangan.
Secara teknis, teknologi metaverse untuk e-commerce akan berfungsi pada proses perdagangan yang memanfaatkan sistem elektronik. Salah satunya, bisa dengan mengandalkan permainan online.
"Bentuknya bisa perdagangan barang-barang digital yang bisa digunakan di permainan online. Jumlah transaksinya pun cukup fantastis," ujar Bima.
Peneliti teknologi informasi dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi mengatakan, teknologi metaverse perlahan mulai diadopsi dan dimanfaatkan oleh sejumlah industri di Nusantara, namun masih dalam tahap pengenalan.
“Tahun depan bisa lebih masif lagi," kata Heru kepada Katadata.co.id, Rabu (19/1).
Ia memperkirakan, hampir semua sektor mengadopsi teknologi metaverse. "Namun, yang paling awal mengadopsi yakni sektor gim, busana, dan properti," kata Heru.
Sejumlah startup di Indonesia juga gencar mengembangkan metaverse. Perusahaan rintisan asal Yogyakarta Arutala misalnya, berkomitmen untuk terus berinovasi, mempercepat, dan memperluas implementasi metaverse di Indonesia.
Startup direct to consumer (DTC) di bidang busana Kasual juga berencana menggunakan teknologi AR untuk membuat pengukuran tubuh secara 3D. Rencana itu dikembangkan setelah Kasual meraih pendanaan tahap awal (seed funding) yang dipimpin oleh East Ventures tahun lalu.
Sedangkan Co-Founder & CMO Social Bella Chrisanti Indiana mengatakan, perusahaan masih berdiskusi soal teknologi anyar tersebut. “Belum ada rencana untuk meluncurkan segera. Kami berfokus pada omnichannel dalam berbelanja,” kata dia dalam wawancara terbatas dengan media di Jakarta, pekan lalu (13/1).
Hal senada disampaikan oleh Co-founder sekaligus Chief Business Officer James Prananto. “Kami belum tahu bakal bagaimana, tapi ada banyak hal peluang menarik. Tetapi kami mencoba untuk mengikuti tren konsumen,” ujarnya kepada Katadata.co.id, bulan lalu (29/12/2021).
Metaverse merupakan versi teranyar dari VR tanpa komputer. Pengguna dapat memasuki dunia virtual menggunakan perangkat berupa headset atau kacamata berbasis AR maupun VR.
Secara global, pendiri Microsoft Bill Gates memperkirakan bahwa pertemuan kantor di dunia virtual atau metaverse akan menjadi tren pada 2023 – 2024.
Bill Gates menyebut periode tren rapat di dunia virtual itu sebagai ‘tahun yang paling tidak biasa dan sulit’. Ia menilai, 2022 dan selanjutnya merupakan masa yang lebih digital.
Menurutnya, pandemi Covid-19 mendorong banyak orang beralih ke digital. Ini termasuk merevolusi tempat kerja.
Raksasa teknologi asal Cina, Baidu juga memperkirakan bahwa adopsi metaverse butuh waktu lama, yakni hingga enam tahun agar bisa hadir sepenuhnya secara global.
Presiden HTC China Alvin Graylin juga mengatakan bahwa metaverse secara penuh akan hadir dalam lima sampai 10 tahun. Namun, bagian dari produk-produk pendukungnya akan hadir lebih cepat.