Riset: Kesenjangan Daya Saing Digital Jakarta dan Papua Makin Lebar

Desy Setyowati
22 Mei 2024, 16:52
daya saing digital Indonesia EV-DCI 2024, jakarta, papua
East Ventures
Data daya saing digital Indonesia EV-DCI 2024
Button AI Summarize

Indeks daya saing digital Indonesia naik tipis dari 37,8 tahun lalu menjadi 38,1 pada 2024. Akan tetapi, kesenjangan skor antara Jakarta dengan Papua Pegunungan semakin lebar.

Perusahaan modal ventura East Ventures dan Katadata Insight Center meluncurkan East Ventures – Digital Competitiveness Index atau EV-DCI 2024. Ini merupakan edisi kelima sejak pertama kali diluncurkan pada 2020.

Laporan riset EV-DCI 2024 merupakan pemetaan daya saing digital Indonesia dengan tema ‘Mewujudkan kedaulatan digital Indonesia’. EV-DCI 2024 menyajikan data daya saing digital di 38 provinsi dan 157 kota/kabupaten di Indonesia.

Berikut daftar indeks daya saing digital berdasarkan provinsi pada 2024:

PeringkatProvinsiSkor EV-DCI 2023Skor EV-DCI 2024Perubahan Peringkat
1DKI Jakarta75,678,2-
2Jawa Barat51,952,8↑1
3Jawa Timur50,351,2↓1
4DI Yogyakarta53,051,2↓1
5Banten48,449,2-
6Bali47,449,9↑2
7Kepulauan Riau47,848,9↑1
8Kalimantan Timur46,346,0↓3
9Sumatera Utara44,446,0↑1
10Jawa Tengah43,544,0↓1
11Sulawesi Selatan41,441,5-
12Sumatera Barat42,342,4↑1
13Kalimantan Utara41,241,0↓1
14Riau38,538,7-
15Kalimantan Selatan39,138,6↑6
16Bengkulu37,538,5-
17Sulawesi Utara38,138,5↓2
18Kepulauan Bangka Belitung39,438,2↓3
19Jambi37,538,2↑1
20Gorontalo35,138,1↑10
21Sulawesi Tenggara37,637,8-
22Sumatera Selatan35,337,7↓2
23Aceh36,036,1↑5
24Maluku37,135,5↓5
25Nusa Tenggara Barat35,535,5-
26Kalimantan Tengah36,135,5↓3
27Lampung35,035,4↑1
28Nusa Tenggara Timur34,434,9↑1
29Kalimantan Barat34,434,8↓6
30Papua Barat35,332,6↓2
31Sulawesi Tengah32,831,1-
32Papua Barat Daya-31,1-
33Maluku Utara33,831,0↓1
34Papua31,728,8↓4
35Sulawesi Barat28,928,4↑1
36Papua Selatan-28,4-
37Papua Tengah-28,3-
38Papua Pegunungan23,317,8↓1

EV-DCI memetakan daya saing digital daerah melalui pengukuran terhadap tiga sub-indeks, sembilan pilar, dan 50 indikator. Sub-indeks pembentuknya adalah input, output, dan penunjang.

Sub-indeks tersebut tersusun atas pilar sumber daya manusia, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pengeluaran TIK, perekonomian, kewirausahaan dan produktivitas, ketenagakerjaan, infrastruktur, keuangan, serta regulasi dan kapasitas Pemda.

Direktur Eksekutif Katadata Insight Center Adek Media Roza menyampaikan, untuk melihat perkembangan pembangunan daya saing digital Indonesia secara keseluruhan, maka dapat mengamati pergerakan nilai median atau nilai tengah indeks dari tahun ke tahun.

Nilai median terus meningkat selama lima tahun secara berturut-turut. Ini menggambarkan peningkatan daya saing digital secara keseluruhan di seluruh provinsi, khususnya pada provinsi peringkat menengah dan bawah.

Nilai spread atau selisih antara skor provinsi tertinggi yakni DKI Jakarta 78,2 dan terendah Papua Pegunungan - 17,8 tahun ini 60,4. Selisih ini lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, 52,4.

Melebarnya nilai spread dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain perbedaan laju pembangunan digital masing-masing provinsi, serta perlambatan pembangunan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi makro yang memengaruhi daya beli masyarakat.

Sebagai contoh, pengaruh perbedaan laju pembangunan di Kalimantan Barat dan Gorontalo menunjukkan peningkatan di berbagai indikator. Secara relatif, pembangunan di Gorontalo jauh lebih pesat dibandingkan dengan Kalimantan Barat.

Ketika dibandingkan dalam penghitungan indeks, skor Gorontalo naik tiga poin, sedangkan Kalimantan Barat turun tiga poin.

Terkait faktor ekonomi, ada hubungan timbal balik antara ekonomi makro dan daya saing digital menyebabkan pemerintah perlu memandang isu ini secara holistik.

“Penurunan pilar penggunaan dan pengeluaran teknologi, informasi, komunikasi atau TIK dipicu oleh melemahnya daya beli akibat inflasi dan tekanan eksternal lainnya,” kata Adek.

“Pemerintah tetap perlu memperhitungkan berbagai faktor yang dapat menjadi penghambat pertumbuhan daya saing digital Indonesia,” Adek menambahkan.

“Kami percaya laporan ini merupakan bukti nyata dari komitmen dalam mempersiapkan Indonesia dalam memasuki era dividen demografi dini, terutama dalam membangun ekonomi digital yang lebih kuat dan mencetak Generasi Emas 2045,” kata Co-Founder sekaligus Managing Partner East Ventures Willson Cuaca dalam keterangan pers, Rabu (22/5).

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...