Menelusuri Jejak Lemang, Makanan Tradisional di Banyak Daerah
Siapa yang tak kenal lemang, kuliner berbahan beras ketan dicampur santan yang dimasak di dalam tabung ruas bambu ini begitu melegenda di Indonesia, khususnya wilayah Indonesia bagian barat. Lemang juga menjadi salah satu takjil favorit pada bulan puasa ini.
Proses pembuatan lemang sangat unik. Beras ketan yang telah dicampur santan, lalu dimasukkan ke dalam tabung ruas bambu yang telah dilapisi daun pisang muda untuk kemudian dibakar di atas bara kayu bakar.
Pembuatan lemang terbilang rumit. Kita harus menyiapkan beras ketan, santan, daun pisang muda, ruas bambu yang memiliki kulit batang tipis dan tempat pemanggangan, serta kayu bakar yang cukup banyak. Belum lagi proses memanggang yang perlahan membuat lemang baru matang setelah 3 - 4 jam. Oleh karena itu, biasanya pembuatan lemang melibatkan banyak orang.
Cara menyantapnya juga beraneka ragam, mulai dari dimakan dengan kuah rendang, disantap dengan tapai hitam, atau dibaur dengan selai manis. Cita rasa dari lemang adalah manis dan gurih, dengan aroma khas semilir bau bakaran bambu dengan daun pisang muda.
Lemang menjadi makanan khas tradisional di daerah. Lomang (Batak), lemang (melayu), dan lamang (minangkabau), adalah tiga nama berbeda namun mirip yang merujuk pada jenis makanan yang sama. Lemang juga dikenal di wilayah Kalimantan, Malaysia dan Brunei.
Konon menurut sejarahnya, Syeikh Burhanuddin asal minangkabau adalah ulama yang pertama kali memperkenalkan masakan ini. Berawal saat beliau berdakwah memperkenalkan Islam di tanah Minang, ia sering disuguhi berbagai macam makanan oleh penduduk. Kuatir akan kehalalan makanannya, ia meminta penduduk mencari bilah bambu yang dialasi daun pisang muda untuk dijadikan tempat memasak beras ketan bercampur santan.
Kegiatan memasak ketan dengan bambu yang dikerjakan banyak orang itu kemudian dikenal menjadi tradisi malamang. Tradisi ini kini biasa digelar saat menyambut Ramadan dan perayaan Idul Fitri.
Uniknya, meski berasal dari minang, kota Tebing Tinggi di Sumatera Utara-lah yang dijuluki sebagai Kota Lemang. Julukan ini merujuk pada banyaknya penjual lemang di kota ini.
Awalnya, warga minang yang merantau ke Tebing Tinggi membuka bisnis kuliner lemang. Lemang yang paling terkenal adalah Lemang Batok. Kuliner lemang di Tebing Tinggi ini diperkenalkan etnis Minangkabau sekitaran tahun 1947, mereka menjadikan lemang sebagai sumber pendapatan.