Imbas PSBB, Jumlah Penumpang Pesawat di RI Bulan April Anjlok 81,7%
Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penularan Covid-19 menyebabkan sejumlah moda trasportasi mencatat penurunan tajam jumlah penumpang. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, penumpang pesawat selama April 2020 turun hingga 81,7% menjadi 838 ribu dibandingkan bulan sebelumnya 4,58 juta orang.
Adapun bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, jumlah penumpang pesawat turun hingga 85%. "Untuk penumpang angkutan udara memang sudah turun sejak Februari," kata Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi video di Jakarta, Selasa (2/6).
Penurunan jumlah penumpang pesawat terjadi di semua bandara utama yang diamati, yaitu Bandara Soekarno Hatta-Banten 84,23%, Ngurah Rai-Denpasar 82,6%, Hasanuddin-Makassar 78,78%, Kualanamu-Medan 78,7%, dan Juanda-Surabaya 76,07%.
Kemudian, jumlah penumpang rute internasional pada April tercatat sebanyak 26 ribu orang, turun 95,35% Penurunan jumlah penumpang terjadi di semua bandara utama yang diamati, yaitu Bandara Hasanuddin-Makassar sebesar 100%, Kualanamu-Medan 97,63%, Ngurah Rai-Denpasar 97,52%, Juanda-Surabaya 95,52%, dan Soekarno Hatta-Banten 90,68%.
BPS juga mencatat, jumlah penumpang kereta listrik atau commuter line turun 72,3% menjadi 5,14 juta orang pada April dari 18,5 juta orang pada Maret 2020.
Suhariyanto mengatakan, pada kondisi normal, jumlah penumpang KRL Jabodetabek bisa mencapai sekitar 900 ribu orang per hari. Namun sejak Maret, jumlah pengguna turun menjadi 500 ribu orang per hari dan pada pada April angkanya kembali turun hingga hanya tersisa 183 ribu per hari.
"Ini bisa dipahami sebagai konsekuensi kebijakan PSBB demi kesehatan dan keselamatan bersama," ujarnya.
(Baca: Buka Terbatas Layanan Kereta Jarak Jauh, KAI Hanya Angkut 62 Penumpang)
Penumpang KRL Jabodetabek menyumbang 87,23% atau 5,1 juta orang terhadap total penumpang kereta api di Indonesia. Tercatat, jumlah penumpang kereta api di Jawa dan Sumatera pada April sebanyak 5,9 juta orang, turun 74,86%.
Selain di Jabodetabek, penurunan jumlah penumpang juga terjadi pada kereta Jawa non-Jabodetabek sebesar 84,84% dari 4,4 juta orang menjadi 667 ribu orang. Lalu pada kereta Sumatera, jumlah penumpang juga anjlok 82,14% dari 476 ribu orang menjadi 85 ribu orang.
Sehingga secara kumulatif, jumlah penumpang kereta api selama Januari–April 2020 mencapai 95,7 juta orang, turun 30,92% dibanding periode yang sama tahun 2019. Rinciannya, penurunan jumlah penumpang di semua wilayah Jabodetabek 30,56%, Jawa non-Jabodetabek 32,26%, dan Sumatera 32,23%.
(Baca: Kemenhub Tak Hentikan KRL Meski 3 Penumpang Terinfeksi Covid-19)
Namun, Suhariyanto menuturkan bahwa situasi kereta penumpang berbeda dengan jumlah kereta api angkutan barang. "Sebab meski adanya PSBB, distribusi logistik tetap berjalan sesuai arahan presiden," ujarnya.
Jumlah barang yang diangkut kereta api pada bulan April tercatat sebanyak 4,23 juta ton, turun 7,1% dibanding bulan sebelumnya. Tetapi, angka itu masih meningkat 9,46% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni 3,86 juta ton.
Sebagian besar barang yang diangkut tersebut tercatat di wilayah Sumatera sebanyak 3,3 juta ton atau 77,89% dari total barang yang diangkut dengan kereta api.
Selama periode Januari–April 2020 jumlah barang yang diangkut kereta api mencapai 17,2 juta ton atau naik 6,69% dibanding periode yang sama tahun 2019. Peningkatan terjadi di wilayah Sumatera sebesar 14,39%, sementara wilayah Jawa non-Jabodetabek mengalami penurunan 12,92%.
(Baca: Garuda Indonesia Kandangkan 70% Pesawat Selama Pandemi Corona)
Selanjutnya, penurunan jumlah penumpang juga terjadi pada angkutan laut dalam negeri, yang mana Pada April, tercatat 559,6 ribu penumpang, turun 70,82% dibanding bulan sebelumnya. Penurunan jumlah penumpang terjadi di Pelabuhan Belawan 96,83%, Tanjung Perak 82,21%, Makassar 81,27%, Balikpapan 80,95%, dan Tanjung Priok 75,24%.
Sementara itu, jumlah barang yang diangkut pada April mencapai 24,9 juta ton atau turun 2,31%. Penurunan jumlah barang yang diangkut terjadi di Pelabuhan Panjang 4,83%, Tanjung Perak 3,81%, dan Balikpapan 1,8%.