Ekspor Biodiesel RI Turun 70% Imbas UU Anti Deforestasi Uni Eropa

Rena Laila Wuri
27 Februari 2024, 11:34
Pekerja menunjukkan kelapa sawit di Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Sabtu (29/4/2023). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat stok minyak sawit per bulan Februari 2023 sebanyak 2,63 juta ton atau menyusut dari posisi
ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/foc.
Pekerja menunjukkan kelapa sawit di Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, Sabtu (29/4/2023). Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat stok minyak sawit per bulan Februari 2023 sebanyak 2,63 juta ton atau menyusut dari posisi Januari 2023 sebesar 3,09 juta ton.
Button AI Summarize

Ekspor biodiesel Indonesia ke Uni Eropa turun 70 persen imbas akan dibrlakukannya Undang-undang anti deforestasi atau European Union Deforestation Regulation (EUDR). Hal ini menjadi salah satu dari banyak tantangan pengembangan biodiesel di Indonesia.

Plt Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Jisman P. Hutajulu, mengatakan tidak semua masyarakat menerima biodiesel dengan baik karena ada kekhawatiran dampak lingkungan. Biodiesel disebut berpotensi merusak ekosistem, mempengaruhi biodiversitas, dan masalah keberlanjutan.

Jisman mengatakan, hal itu dimanfaatkan Uni Eropa untuk melancarkan kampanye negatif dan mendiskriminasikan produk biodiesel Indonesia.

"Uni Eropa dengan berbagai cara mencoba mendiskriminasikan produk biofuel Indonesia, antara lain melalui negatif campaign RED (Renewable Energy Directive)," kata Jisman saat membuka Seminar Tantangan Industri Bioenergi yang diselenggarakan oleh Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia, Selasa (27/2).

Selain itu, Uni Eropa juga melancarkan tuduhan anti-dumping dan mengenakan biaya masuk tambahan atas produk bioenergi, khususnya sawit. Terbaru, Uni Eropa juga menerapkan EUDR, yaitu regulasi yang mencegah impor produk-produk pertanian dan hutan terkait deforestasi ilegal.

"Berbagai tantangan tersebut telah menurunkan ekspor biodiesel kita hingga 70%," ujarnya.

Padahal sebelumnya, Indonesia merupakan salah satu eksportir biofuel terbesar dunia. Berdasarkan data yang dihimpun Energy Institute, Indonesia tercatat sebagai produsen biofuel terbesar ketiga secara global yang telah memproduksi biofuel sebanyak 174 ribu barel setara minyak per hari (barel oil equivalent per day/BOEPD) pada 2022. 

Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan Kementerian Perindustrian , Setia Diarta, mengatakan kebijakan EUDR pada produk biodiesel Indonesia sebenarnya baru akan diberlakukan tahun depan. Namun, dampaknya sudah terjadi pada penurunan ekspor dari 2022-2023.

Dia mengatakan, isu kebijakan tersebut berkembang dan membuat importir menjadi lebih hati-hati. Selain itu, penurunan ekspor juga disebabkan adaya penurunan harga komoditas. 

"Ketika mau diterapkan EUDR, orang menjadi was-was," ujarnya.

Tantangan Dalam Negeri

Sementara itu, Jisman mengatakan, perkembangan bioenergi tidak selalu berjalan mulus. Di dalam negeri, berbagai tantangan dihadapi oleh industri bioenergi, mulai dari aspek kebijakan, teknologi, ekonomi, infrastruktur, keberlanjutan suplai, hingga penerimaan masyarakat. Setiap aspek memainkan peran penting dalam perjalanan menuju net zero mission.

Selain itu, industri bioenergi juga menghadapi tantangan biaya produksi yang masih lebih tinggi dibandingkan dengan bahan bakar Fosil. Di sisi lain, pemerintah juga memiliki kerterbatasan dalam memberikan insentif dan infrastruktur.

Dia mengatakan, pemerintah dan industri perlu duduk bersama untuk memetakan, mengidentifikasi, dan menganalisis tantangan yang dihadapi oleh industri bioenergi. Tantangan yang cukup kompleks seringkali memerlukan pendekatan yang terpadu dan solusi yang inovatif dan berkelanjutan.

"Tantangan dari sisi sustainability of feedstock, jaminan ketersediaan sumber daya energi yang berkelanjutan, serta tidak bersaing dengan produksi pangan, pakan ternak, bahan baku industri, dan pupuk adalah sebuah tantangan yang signifikan," ujarnya.

Wakil Ketua Umum Aprobi, Catra de Thouars, mengatakan industri biodiesel sudah berkembang di tanah air selama dua dekade. Saat ini, biodiesel Indonesia menggunakan campuran 35% atau B35.

"Hingga saat ini dilaksanakan mandatori pencampuran biodiesel B35 di seluruh sektor yang merupakan pencampuran biodiesel paling maju di dunia," ujarnya.

Dia mengatakan, bioenergi memiliki banyak manfaat dan juga berbagai produk yang telah dikembangkan. Saat ini, Indonesia telah memproduksi biodiesel, bioetanol, dan bioavtur.

Atas dasar tersebut, Catra mengatakan, Aprobi ingin mengajak seluruh peserta seminar untuk berdiskusi bersama terkait pecapaian industri bio energi di Indonesia, serta tantangan yang harus dihadapi menuju Indonesia madiri energi dan juga ramah lingkungan.




Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...