PLN IP Jual 273 Ton Karbon ke Sucofindo
PLN Indonesia Power (PLN IP) menjual karbon sebanyak 273 ton emisi karbon dioksida ekuivalen (CO2e) yang telah terverifikasi kepada Sucofindo melalui bursa karbon atau IDX Carbon.
Direktur Utama PLN IP, Edwin Nugraha Putra, mengatakan penjualan karbon tersebut merupakan salah satu upaya perusahaan dalam menghadapi tuntutan penggunaan energi ramah lingkungan pada eksportir retail. Penjualan dilakukan melalui Sertifikat Pengurangan Emisi (SPE) yang memenuhi standar dan kebutuhan pasar internasional.
"Penjualan karbon ini dapat mendukung pemenuhan syarat pasar internasional yang semakin peduli terhadap bisnis yang mengedepankan kelestarian alam," ujar Edwin dalam keterangan tertulis dikutip Senin (6/1).
Selain penjualan 273 ton CO2e kepada Sucofindo, Edwin mengatakan, PLN IP juga telah bekerja sama dengan PT Bala Biotech Indonesia dan PT Iklim Muda Sentosa dalam perdagangan karbon.
"PLN Indonesia Power siap mewujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan raih peluang di pasar global dengan nilai tambah," ujarnya.
Menurut Edwin, SPE akan semakin dibutuhkan oleh perusahaan eksportir retail untuk memasuki pasar Eropa. Melalui perdagangan karbon, PLN IP berkomitmen mendukung dekarbonisasi nasional dan target Net Zero Emission 2060.
"PLN IP membuka peluang bagi para mitra untuk terlibat dalam green collaboration ini," ujarnya.
Sebagaimana diketahui, Bursa Karbon telah diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa karbon adalah suatu sistem yang mengatur perdagangan karbon atau pencatatan kepemilikan unit karbon. Perdagangan karbon merupakan mekanisme berbasis pasar yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kegiatan jual beli unit karbon.
Sementara itu, unit karbon adalah bukti atau sertifikat kepemilikan karbon, dinyatakan dalam satu ton karbondioksida yang tercatat di Sistem Registrasi Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI).
Sebelumnya Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat transaksi bursa karbon atau IDXCarbon sebanyak Rp 19,73 miliar sejak diluncurkan pada September 2023 hingga 27 Desember 2024.
Deputi Komisioner Pengawas Pengelolaan Investasi Pasar Modal dan Lembaga Efek OJK, Aditya Jayaantara, mencatat volume transaksi bursa karbon hingga 27 Desember 2024 sebanyak 908.018 ton CO2e. Selain itu, total frekuensi transaksi di bursa karbon sebanyak 152 kali dengan total nilai Rp 50,64 miliar.
OJK juga menyebut pengguna jasa bursa karbon mencapai 100 perusahaan dengan total unit karbon sebanyak 1.349.894 ton CO2e. Ia mengatakan hingga kini masih ada unit karbon yang dapat diperdagangkan sebesar 1.349.894 ton CO2e, sementara yang telah diperdagangkan sebanyak 427.247 ton CO2e.
"Kami memiliki kondisi yang cukup kondusif dalam angka perdagangan karbon ini," kata Aditya dalam Konferensi Pers Peresmian Penutupan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2024, di Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (30/12) lalu.
Saat ini ada tiga proyek pemilik sertifikat pengurangan emisi gas rumah kaca (SPE-GRK) di IDX Carbon. Di antaranya adalah proyek Lahendong Unit 5 & Unit 6 dari PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), pembangunan Pembangkit Listrik Baru Berbahan Bakar Gas Bumi PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air Minihidro (PLTM) Gunung Wugul.