Perusahaan India Thermax Bakal Genjot Investasi Hijau di RI hingga Rp 1,6 T

Ringkasan
- Yayasan Konservasi Indonesia meluncurkan dokumenter pendek tentang kawasan konservasi Kaimana, Papua Barat, dengan melibatkan aktris Prilly Latuconsina sebagai pemerhati lingkungan.
- Kaimana merupakan destinasi ekowisata konservasi berkelanjutan yang menunjukkan peningkatan jumlah pengunjung lokal dan mancanegara setelah upaya konservasi.
- Tradisi Sasi Nggama yang diterapkan di Kaimana menjaga sumber daya laut melalui sistem buka tutup untuk memanen hasil laut, kecuali beberapa spesies tertentu.

Perusahaan manufaktur energi asal India, Thermax, berpotensi meningkatkan investasi hingga US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun untuk mengembangkan industri hijau di Indonesia. Industri tersebut berupa alat pengendali polusi udara hingga teknologi bioetanol.
CEO Thermax, Ashish Bhadari, mengatakan Thermax sebelumnya telah mengucurkan dana sebesar US$ 25 juta dollar untuk pembangunan pabrik di Cilegon, Banten. Pabrik tersebut memproduksi beberapa produk seperti boiler kemasan, pemanas, pendingin, aksesoris uap, air dan pengolahan air limbah, serta peralatan pengendalian polusi udara.
“Kami mampu untuk meningkatkan investasi ini hingga 3 kali, 4 kali lipat dalam beberapa dekade ke depan,” ujar Ashish dalam konferensi pers, di Jakarta, Selasa (18/2).
Ashish mengatakan, peningkatan investasi tersebut dapat berjalan seiring dengan inovasi teknologi perusahaan yang akan terus berkembang dalam beberapa waktu kedepan. Thermax saat ini telah memiliki tiga area yang berpotensi mendukung Indonesia dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan menjaga lingkungan dari sektor energi.
Tiga area tersebut adalah:
1. Teknologi terkait dengan pengolahan bioenergi dan bioethanol. Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam dan produksi limbah pertanian serta limbah kota yang melimpah, memiliki potensi besar untuk mengubah limbah ini menjadi sumber energi yang terjangkau dan berkelanjutan.
Thermax mengembangkan teknologi yang memungkinkan konversi biomassa menjadi energi, baik dalam bentuk uap, listrik, maupun gas terkompresi (CNG). Teknologi ini memungkinkan penggunaan biomassa untuk menghasilkan etanol yang dapat dicampurkan dengan bensin, bahkan menggantikan sebagian besar penggunaan bahan bakar diesel dengan biodiesel.
“Ada teknologi lainnya, dan Thermax membuat beberapa di antaranya, yang bisa mengubah biomassa ini menjadi etanol, yang bisa dicampurkan ke dalam bensin,” ujarnya.
2. Teknologi daur ulang energi
Thermax memiliki teknologi yang memanfaatkan panas dari industri menjadi energi yang dapat digunakan kembali. Sebagai contoh, Thermax telah mengimplementasikan teknologi yang dapat menangkap panas buangan dari pabrik kelapa sawit dan menggunakannya untuk kebutuhan pendinginan atau pemanas.
“Mengubah panas buangan ini, memberikan kembali sebagai energi, adalah teknologi yang dimainkan oleh Thermax,” ucapnya.
3. Teknologi hidrogen dan penangkapan karbon
Thermax mengembangkan teknologi dalam bidang hidrogen dan penangkapan karbon. Pengembangan teknologi hidrogen menjadi salah satu alternatif utama dalam mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Sedangkan, teknologi penangkapan karbon, berperan penting dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengatasi perubahan iklim.
Ashish mengatakan, ketiga teknologi tersebut dilakukan untuk memberikan Solusi dan mendukung Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
“Indonesia adalah salah satu negara dengan pertumbuhan tercepat di dunia dengan kebutuhan energi yang signifikan. Menyeimbangkan pertumbuhan energi dengan keberlanjutan energi memerlukan Solusi,” ucapnya.