Kemenko Marves: Pergeseran Bahan Baku Baterai Tesla Tak Ancam Nikel RI

Image title
8 Maret 2021, 18:27
nikel, baterai, tesla, mobil listrik, besi
ANTARA FOTO/REUTERS/Yusuf Ahmad
Ilustrasi tambang nikel. Rencana Tesla untuk mengganti bahan baku baterai dari nikel ke besi tidak akan menjadi ancaman bagi Indonesia.

Rencana Tesla untuk mengganti bahan baku baterai dari nikel ke besi tidak menjadi ancaman bagi Indonesia. Deputi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Septian Hario Seto menyebut kehadiran keduanya akan saling melengkapi produk baterai.

Baterai dengan katoda alias kutub positif lihtium, besi, dan fosfat (LFP) biasanya digunakan untuk bus transportasi publik karena harganya lebih terjangkau. Kelemahan produk ini adalah nilai konduktivitasnya rendah. Kapasitas energinya menjadi lebih kecil daripada baterai berkatoda nikel.

Karena itu, Seto tidak melihat rencana produsen mobil listrik asal Amerika Serikat tersebut sebagai ancaman. “Menurut kami, tidak perlu khawatir dengan perkembangan LFP. Justru ini dibutuhkan sebagai complement (melengkapi) nikel,” ujarnya dalam acara Katadata Future Energy Tech and Innovation Forum 2021, Senin (8/3). 

Permintaan nikel masih akan meningkat di masa depan. Lonjakan permintaan akan terjadi pada 2023 sampai 2024 ketika pemakaian mobil listrik dan produksi baterai mulai naik. 

Peningkatan produksi bijih besi pun mulai terlihat tahun ini. Permintaan nikel sebagai bahan baku baterai pada 2020 hanya berkisar 9%. Sedangkan untuk produk baja nirkarat atau stainless steel yang juga memakai komoditas tambang itu di kisaran 73%. Total pemakaiannya 2,4 juta metrik ton.

Pada 2030, perkiraannya angka itu akan berubah. Nikel untuk baterai menjadi 30% dan kebutuhan stainless steel  menjadi 57%. Total pasarnya mencapai 4,3 juta metrik ton. “Kenaikan dari 2,4 juta ke 4,3 juta ton ini karena diserap oleh baterai,” katanya. 

Baterai LFP tidak akan membahayakan Indonesia, sebagai produsen dan pemilik cadangan nikel terbesar di dunia. “Jadi, ini untuk melengkapi permintaan dari EV (kendaraan listrik),” ujar Seto. 

Sinyal Elon Musk Soal Nikel

Sebelumnya, pendiri dan bos Tesla Elon Musk menyatakan kekhawatirannya pada komoditas nikel. Barang tambang ini menjadi bahan baku utama untuk memproduksi baterai. Namun, ketersediaan tak sesuai dengan keinginan produsen otomotif tersebut

Apabila kondisi tak berubah, Musk bakal mengganti nikel dengan katoda  berbahan dasar besi. “Nikel adalah kekhawatiran utama kami untuk meningkatkan produksi baterai lithium-ion. Karena itu, kami mengubah (baterai) ke katoda besi. Banyak besi (dan lithium)!,” cuitnya dalam akun Twitter @elonmusk, Jumat (26/2). 

Pada tahun lalu sebenarnya Musk pernah memberi sinyal pada penambang nikel dunia untuk menggenjot produksinya dalam skala besar. Bahkan Tesla menjanjikan kontrak besar untuk jangka panjang yang dapat menjamin pasokan perusahaan. 

Satu hal yang menjadi syarat utama bagi para pemasok adalah para penambangnya harus memperhatikan faktor lingkungan. Syarat ini juga yang Tesla berikan kepada pemerintah Indonesia, selaku produsen nikel terbesar dunia, dalam negosiasi bisnis baterai. 

Reporter: Verda Nano Setiawan
Editor: Sorta Tobing

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...