Bank Dunia Pinjami RI Rp 5,4 Triliun untuk Bangun PLTA Cisokan 1 GW
Bank Dunia menyetujui pinjaman sebesar US$ 380 juta atau sekitar Rp 5,4 triliun, untuk pengembangan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) berjenis pumped storage pertama di Indonesia.
Pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) ini berlokasi di hulu Sungai Cisokan, di antara Jakarta dan Bandung, berkapasitas 1.040 megawatt (MW) atau 1,04 gigawatt (GW).
“Kami menyambut baik proyek ini karena akan menjadi yang pertama bagi Indonesia. Proyek ini mencerminkan suatu titik balik dalam perjalanan menuju dekarbonisasi di Indonesia,” kata Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Satu Kahkonen, melalui keterangan tertulis, Sabtu (11/9).
Ke depannya, Bank Dunia akan terus mendukung Indonesia dalam berbagai upaya untuk mencapai suatu pembangunan yang berketahanan, berkelanjutan, serta inklusif sehingga memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia pada saat ini maupun di masa yang akan datang.
Pembangunan PLTA ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas pembangkit listrik pada saat beban puncak, seraya mendukung transisi energi dan pencapaian tujuan penurunan emisi karbon Indonesia.
“Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui, di antaranya, pengembangan energi baru terbarukan (EBT), upaya konservasi energi, serta penggunaan teknologi energi bersih,” ucap Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Di samping itu, ia mengatakan emisi yang terkurangi dari sektor energi didorong oleh berbagai aksi, seperti misalnya pengadaan tenaga listrik oleh pembangkit energi baru dan terbarukan, serta penerapan efisiensi energi.
Lebih dari 80% tenaga listrik yang dihasilkan untuk jaringan listrik Jawa-Bali, yang menyediakan listrik bagi 70% penduduk Indonesia, berasal dari bahan bakar fosil.
Menurut dia, upaya penting untuk mendukung agenda dekarbonisasi Indonesia adalah pembangunan fasilitas penyimpanan energi yang memungkinkan integrasi sumber energi terbarukan ke dalam jaringan tenaga listrik. “PLTA pumped storage memainkan peran penting pada pendekatan ini," ujar Arifin.
Dengan demikian, Arifin berpendapat fasilitas tersebut berpotensi menambahkan kapasitas pembangkitan listrik yang signifikan untuk memenuhi kebutuhan pada saat beban puncak, memberikan kapasitas penyimpanan besar untuk memungkinkan diterimanya energi terbarukan dalam jumlah yang lebih besar lagi, serta akan meringankan beban jaringan transmisi.
Sebagai hasilnya, penyediaan listrik yang lebih ramah lingkungan dan dapat diandalkan akan menguntungkan bagi konsumen di Jawa dan Bali.
Menurut data Kementerian ESDM, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar, yakni mencapai 417,8 gigawatt (GW). Air menempati urutan kedua setelah surya dengan potensi mencapai 75 GW.
Energi terbarukan diyakini tak akan habis hingga 100 tahun ke depan. Selain itu, perkembangan teknologi akan membuat energi terbarukan menjadi semakin kompetitif. Simak databoks berikut: