Transisi Energi, PLTU Teluk Balikpapan Targetkan Co-firing Biomassa 3%
Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Teluk Balikpapan menargetkan co-firing biomassa sebesar 3% pada akhir tahun ini. Asisten Manajer Operasi, Didik Ridho Laksono mengatakan hal tersebut bertujuan untuk mendorong transisi energi agar Indonesia bisa mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060.
Adapun teknologi co-firing tersebut PLN memanfaatkan limbah kayu dari tempat pembuangan akhir (TPA) Manggar untuk diolah menjadi woodchips sebelum dicampur dengan batu bara sebagai bahan bakar di PLTU Teluk Balikpapan.
Untuk diketahui, co-firing merupakan skema mencampur biomassa dengan batu bara, sehingga penggunaan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik dapat dikurangi secara berkelanjutan.
Didik menuturkan, konsumsi rata-rata bahan bakar yang digunakan PLTU Teluk Balikpapan mencapai 140 ton batu bara per jam. Untuk itu, saat pihaknya tengah mencoba menargetkan peningkatan penggunaan biomassa.
“Kami sudah melakukan survei terus, dan komunikasi dengan supplier. Dan target 3% itu sampai akhir tahun ini diprediksi bisa tercapai,” ujar Didik saat ditemui di Kantor PLTU Teluk Balikpapan, Rabu (6/4).
Dia mengatakan, jika pada akhir tahun target tersebut bisa tercapai, maka pihaknya akan berkomitmen untuk mengoperasikan unit PLTU Teluk Balikpapan dengan co-firing biomassa 3% secara terus-menerus.
“Tapi saat ini ketersediaannya belum terpenuhi. Harapan kami ketersediaan itu bisa terpenuhi sehingga kami bisa commit beroperasi 3%,” ujarnya.
Didik menjelaskan, target penggunaan biomassa 3% tersebut ditentukan berdasarkan dari pengujian awal di tahun 2017. Saat itu, ditentukan hasil persentase biomassa 3% dapat terlaksana dengan baik. Dengan latar belakang tersebut, maka pihaknya melanjutkan dengan persentase itu.
“Kami juga sudah melakukan evaluasi, dan hasilnya dengan biomassa 3% itu kami bisa beroperasi normal, parameter operasi tidak terganggu dan efisiensi juga bagus. Sehingga kami menyepakati atau dari manajemen kantor pusat mendelegasikan kami beroperasi menggunakan biomassa 3%,” kata dia.
Sebagai informasi, PLTU Teluk Balikpapan merupakan salah satu pembangkit terbesar di pulau Kalimantan dan kapasitas terpasang 2x110 Megawatt (MW) yang digunakan untuk menyuplai kebutuhan listrik di Sub Sistem Mahakam, dan salah satunya Kota Balikpapan.
Sebelumnya, Analis Kebijakan Ahli Muda Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Kalimantan Timur, Sonny Widyagara Nadar mengatakan, kehadiran program co-firing sangat baik karena mampu mengurangi emisi karbon sekaligus memproduksi energi bersih sebesar 575,4 GWh pada awal 2023.
“Angka tersebut berdasarkan catatan dari PLN pada awal 2023. Selain itu juga berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 570 ribu ton CO2 dengan memanfaatkan biomassa sebanyak 542 ribu ton,” ujar Sonny dalam acara Workshop Jelajah Energi Kalimantan Timur, Selasa (5/9)
Dia mengatakan, pengadaan biomassa dari co-firing yang telah dilaksanakan juga telah menyerap tenaga kerja sekitar 1.300 orang. Menurut dia, transisi energi berkelanjutan yang dilakukan secara meluas akan membuka lapangan kerja baru dan kesempatan ekonomi, sehingga dapat mendukung pemulihan global.
“Jika implementasi co-firing biomassa diperluas, maka bisa membuka lapangan kerja lebih luas lagi, pengangguran juga bisa berkurang,” kata dia.