Terancam Kendaraan Listrik, Biofuel Akan Andalkan Sektor Penerbangan
Pertumbuhan biofuel terancam dengan banyaknya dorongan negara-negara dunia untuk menggunakan kendaraan listrik. Pada 2024, pertumbuhan bahan bakar ramah lingkungan tersebut diperkirakan akan bertumpu pada sektor penerbangan.
Biofuel merupakan bahan bakar yang telah mendapatkan campuran baik dari tanaman maupun kotoran hewan. Departemen Energi AS menyatakan bahwa biodiesel dapat mengurangi emisi karbon dioksida sebesar 75% dibandingkan dengan bahan bakar fosil.
Dikutip dari Reuters, Kamis (21/12), para pelaku industri minyak seperti pionir asal Finlandia, Neste, telah fokus pada biofuel sebagai cara untuk memanfaatkan keterampilan penyulingan mereka agar tidak terlalu menimbulkan polusi. Mereka bahkan akan menginvestasikan sekitar 2,5 miliar euro untuk mengubah kilang minyak mentah Porvoo menjadi fasilitas produksi biofuel.
Namun demikian, biofuel mengalami pukulan telak letak negara-negara Uni Eropa memutuskan untuk tidak mengecualikan biofuel dari rencana larangan penggunaan mobil bermesin pembakaran pada 2035. Hal itu didorong oleh kekhawatiran terhadap rantai pasokan makanan global.
Di sisi lain, pertumbuhan kendaraan listrik semakin pesat baik mobil penumpang, bus, maupun truk. Misalnya saja di Tiongkok, lebih dari 95% truk tugas berat yang diproduksi 2021 dilengkapi dengan baterai lithium.
Bertumpu pada Sektor Penerbangan
Pertumbuhan Biofuel diperkirakan akan bertumpu pada sektor penerbangan melalui bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau sustainable aviation fuel (SAF). Pasalnya, menggerakkan kapal besar dan pesawat terbang memerlukan tenaga yang sangat besar sehingga baterai listrik menjadi tidak praktis.
Hal ini memberikan kehidupan baru bagi biofuel. Penggunaan biofuel yang mampu menahan suhu yang sangat rendah tampaknya merupakan satu-satunya pilihan energi ramah lingkungan untuk pesawat terbang. Berbeda dengan hidrogen dan amonia yang berpotensi meledak atau beracun.
Penggunaan biofuel juga akan mendapatkan dukungan dari peraturan global. ReFuelEU Aviation Initiative, yang disetujui pada Oktober lalu, mewajibkan maskapai menggunakan 70% bahan bakar berkelanjutan pada 2050. Sementara AS diperkirakan akan menerapkan bahan bakar berkelanjutan 100% pada tahun yang sama.
Oleh karena itu, pasar global dapat mencapai 50 miliar euro pada tahun 2030 dan 500 miliar euro pada tahun 2050, menurut perhitungan SFS Irlandia.
Hal ini membuka jalan bagi percepatan permintaan biofuel yang akan menguntungkan pihak-pihak yang mempunyai sudah ahli dalam bidang tersebut. India yang bercita-cita menjadi pusat penyulingan bahan bakar berkelanjutan, telah meluncurkan Aliansi Biofuel Global beranggotakan 19 negara untuk mempercepat penggunaan bahan bakar rendah emisi.
Berdasarkan data yang dihimpun Energy Institute, Indonesia tercatat sebagai produsen biofuel terbesar ketiga secara global yang telah memproduksi biofuel sebanyak 174 ribu barel setara minyak per hari (barel oil equivalent per day/BOEPD) pada 2022.