Emisi Pembangkit Listrik Batu Bara Vietnam Melonjak ke Level Tertinggi
Emisi karbon dioksida (CO2) dari pembangkit listrik tenaga batu bara di Vietnam mengalami lonjakan ke level tertinggi baru untuk pada awal 2024. Hal ini karena produsen listrik Vietnam meningkatkan outputnya untuk mencegah pemadaman listrik yang sering terjadi tahun lalu.
Menurut data dari think tank energi Ember menunjukkan penghitungan emisi berbahan bakar batubara bulan Januari sebesar 11 juta metrik ton CO2 pada Januari 2024. Angka ini naik mencapai 70% dibandingkan Januari 2023 dan 30% di atas rata-rata Januari selama lima tahun terakhir.
Data ini menunjukkan jeda yang jelas dengan tren pembangkit energi tahun-tahun sebelumnya.
Pemerintah Vietnam diketahui menambah kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batu bara. Kapasitas pembangkit listrik berbahan bakar batubara adalah 12,75 terawatt jam (TWh) pada Januari 2024 atau 68% lebih banyak dari Januari 2023 dan total bulanan tertinggi sejak Juli lalu.
Dilansir Reuters, Rabu (27/3), total pembangkit listrik batu bara dan keseluruhan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan listrik Vietnam jelas berkomitmen untuk meningkatkan output.
Selain itu, Vietnam tengah melakukan pengadaan impor batu bara termal sepanjang tahun ini dari periode yang sama pada 2023. Dengan begitu, Pemerintah Vietnam dapat meyakinkan bisnis dan investor asing bahwa pasokan listrik tetap tidak terganggu pada tahun 2024.
Adanya lonjakan pembelian batu bara oleh konsumen batu bara terbesar ke-10 di dunia ini diprediksi emisi CO2 alan naik lebih tinggi lagi di bulan-bulan mendatang. Hal ini berdampak dalam upaya global untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan polusi.
Sementara itu, emisi penggunaan batu bara Vietnam sepanjang 2023 mencapai 110 juta ton, dan ini merupakan rekor terbaru. Padahal emisi pengunaan batu bara Vietnam hanya 90 juta ton pada 2022.
Jika laju kenaikan emisi terjadi sepanjang 2024, maka total dalam setahun diprediksi menghasilkan lebih dari 130 juta ton.
Emisi Metana Batu Bara Indonesia
Lembaga riset energi Inggris, Ember Climate, menduga emisi metana dari aktivitas pertambangan batu bara tak dilaporkan sepenuhnya oleh pemerintah Indonesia.
Melalui laporannya, Ember menyebut emisi gas metana batu bara atau coal mine methane (CMM) Indonesia bisa mencapai tujuh kali lipat lebih tinggi bila memakai laporan yang menggunakan data satelit dan tambang.
Rinciannya, dari data satelit, emisi CMM Indonesia berpotensi mencapai 750 kt CH4 atau sekitar enam kali lipat lebih besar dari estimasi resmi pemerintah yang sebesar 128 kt CH4. Penelitian ini dilakukan Shen dan kawan-kawan yang dimuat di jurnal Nature.
Sedangkan, estimasi data tambang menunjukkan emisi CMM yang mencapai tujuh kali lebih tinggi dari jumlah yang dilaporkan dengan total emisi sebesar 875 kt CH4 yang dipublikasikan Global Energy Monitor 2022.
"Keberadaan estimasi lain dari berbagai studi independen menjadi landasan ilmiah untuk membantu negara-negara meningkatkan estimasi emisi mereka agar dapat mengambil tindakan iklim yang lebih efektif," tulis tim riset dalam laporan yang diterbitkan Senin (11/3).