Luhut: Indonesia akan Tingkatkan Kapasitas EBT jadi 62 Gigawatt di 2040
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan bahwa pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.
Komitmen tersebut akan tergambar dalam penambahan kapasitas energi terbarukan sebesar 62 gigawatt (GW) dalam rencana umum penyediaan tenaga listrik (RUPTL) hingga 2040.
"Presiden akan mengumumkan RUPTL yaitu 62 GW energi terbarukan hingga 2040," ujar Luhut pada pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, di Jakarta, Kamis (5/9).
Dengan begitu, Indonesia berkomitmen menambah kapasitas EBT sebesar 21 GW dari komitmen sebelumnya yang tercantum dalam RUPTL 2021-2030 sebesar 41 GW. Dengan begitu total komitmen Indonesia sampai 2040 sebesar 62 GW.
Luhut mengatakan, penambahan komitmen EBT tersebut bertujuan untuk melindungi lingkungan dan mempertahankan hak Indonesia untuk tetap tumbuh dan berkembang.
Pemerintah Kebut Pembangunan EBT
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengejar target pembangunan energi baru terbarukan sebesar 18,7 GW hingga 2030, sesuai dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) Hijau PLN.
Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Jisman Hutajulu, mengatakan total pengembangan sektor ketenagalistrikan dalam dokumen RUPTL Hijau 2021-2030 PLN sekitar 41GW. Dari jumlah tersebut, sebanyak 21 GW atau 52% proyek merupakan pembangkit EBT.
"Telah ada 12 GW proyek pembangkit yang telah selesai, sedangkan sisanya sebesar 18,7 GW masih dalam tahap perencanaan," ujar Jisman dalam keterangan, Rabu (4/9).
Proyek pengembangan listrik hijau berbasis EBT ini merupakan kesempatan bagi investasi luar negeri untuk berkontribusi lewat skema Independent Power Producer (IPP) atau kontraktor Engineering, Procurement and Construction (EPC).
"Pembangkit EBT yang dapat dikembangkan terdiri dari PLTA 7 GW, PLTS 4,4 GW, PLTP 2,2 GW dan sisanya 2,3 GW pembangkit EBT lainnya. Total kebutuhan investasi diperlukan sebesar US$ 28 miliar," ujarnya.
Pengembangan Pembangkit EBT
Pemerintah dan PLN juga sedang membahas target pengembangan pembangkit EBT yang baru. Pengembangan tersebut akan meningkatkan target kapasitas EBT dari 21 GW menjadi 33 GW dalam Draft RUPTL yang baru. Dengan demikian, bauran EBT diharapkan dapat meningkat dari 52% menjadi 76% pada 2060.
Berdasarkan proyeksi normal, permintaan listrik saat ini akan meningkat sampai 72 GW di 2033. Proyeksi tersebut mengalami peningkatan lewat penambahan permintaan baru yang signifikan dari Industri smelter dan data center.
Hal tersebut berdampak pada peningkatan peningkatan di Pulau Jawa yang umumnya tumbuh sebesar 1 GW per tahun berubah menjadi 3 GW per tahun.
"Untuk memenuhi demand tersebut, kita membutuhkan percepatan pengembangan pembangkit EBT yang masif. Kita memiliki potensi EBT yang besar lewat tenaga surya, bioenergi, angin, dan panas bumi dengan total 1.233 GW di Sumatera dan 518 GW di Kalimantan," ujarnya.
Namun penyediaan listrik berbasis EBT masih terdapat kendala dalam pengembangan karena sumber-sumber EBT yang berada di Pulau Sumatera. Sementara pelanggan listrik terbanyak berada di luar Pulau Sumatera.