Pabrik Panel Surya Milik Sinar Mas Group di Kendal Akan Beroperasi, Progres 90%

Image title
4 Oktober 2024, 10:57
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024).
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/rwa.
Petugas memeriksa panel surya di Masjid Istiqlal, Jakarta, Senin (26/8/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Pabrik panel surya milik Sinar Mas Group di Kendal, Jawa Tengah, akan segera beroperasi dengan kapasitas tahap pertama 1 gigawatt (GW) peak. Investasi pembangunan pabrik tersebut mencapai lebih dari US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,5 triliun. 

Sekretaris Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto, mengatakan pembangunan pabrik panel surya di Indonesia dilaksanakan untuk mendukung target 178 GW PLTS terpasang pada 2060 sesuai dengan Revisi Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) yang akan disahkan.

"Untuk mendukung PLTS, telah dibangun pabrik solar PV di kendal kapasitas kelas pertama 1 gigawatt peak dan saat ini 90 persen sudah selesai," ujar Djoko dalam peluncuran produk Huawei, di Jakarta, Kamis petang (3/10).

Pabrik panel surya tersebut didirikan Sinar Mas Group melalui entitas usaha, PT Daya Sukses Makmur Selaras. Pembangunan pabrik ditargetkan rampung dan beroperasi akhir 2024.

Managing Director Sinar Mas, Ferry Salman, mengatakan pabrik panel surya tersebut akan memiliki kapasitas produksi awal yakni, satu gigawatt (GW) peak per tahun. Investasi yang dikucurkan senilai lebih dari US$ 100 juta atau setara dengan Rp 1,5 triliun. 

Selanjutnya, kapasitas pabrik akan terus ditingkatkan hingga mencapai 3 GW peak per tahun dalam kurun waktu dua hingga tiga tahun berikutnya.

Ferry mengatakan, Sinar Mas terus berinovasi dengan mengembangkan sayap bisnisnya ke sektor energi baru terbarukan (EBT). Dengan demikian, Sinar Mas tidak hanya mengembangkan bisnis di produksi turunan minyak sawit saja.

“Pada akhir Agustus 2023 ini, kami bermitra dengan PT PLN, PT Agro Surya Energi, dan Trina Solar telah meletakkan batu pertama untuk pabrik sel dan panel surya dan terintegrasi pertama di Indonesia,” ujarnya dalam acara diskusi Forum Dialog 85 Tahun Sinar Mas: Tren Inovasi dan Peluang Energi Terbarukan, pada 14 September tahun lalu.

Indonesia Gencar Tambah Kapasitas Panel Surya

Selain pembangunan pabrik solar panel di Kendal, beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo juga telah meresmikan pembangunan pabrik baterai di Karawang, Jawa Barat dengan kapasitas sebesar 10 GW pada tahap pertama.

"Tahap berikutnya akan dikembangkan hingga 20 GW," kata Djoko.

Djoko mengatakan, pemerintah juga telah meluncurkan Indonesia Solar Energy Research Centre (ISEREC) untuk mengatasi permasalahan intermiten pada PLTS.

Lembaga riset tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Badan Riset Nasional (BRIN), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Indonesia (ITI) dengan Solar Energy Research Institute of Singapore (SERIS).

"Dengan hadirnya lembaga riset ini merupakan suatu upaya untuk mendukung perkembangan teknologi solar PV dan juga sumber daya manusia dalam rangka mempercepat ekspor listrik dari Batam dan sekitarnya ke Singapura," ucapnya.

Indonesia Akan Ekspor Listrik ke Singapura

Indonesia juga segera mengekspor listrik yang bersumber dari pembangkit listrik tenaga surya sebesar 3,4 gigawatt (GW) ke Singapura. Hal tersebut diumumkan pada agenda Announcement on Cross-Border Electricity Interconnection oleh pemerintah RI, sejumlah perusahaan energi, serta pemerintah Singapura, dalam acara International Sustainability Forum (ISF).

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan kesepakatan ini memiliki nilai investasi sebesar US$ 20 miliar atau setara Rp 308 triliun (kurs Rp 15.400).

"Pak Rachmat (Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi) bisikkan ke saya, (nilai proyek) ini sekitar US$ 20 miliar," ujar Luhut pada saat pengumuman disela acara Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Jakarta (5/9).

Luhut mengatakan, agenda ini akan memfasilitasi pengembangan proyek energi terbarukan lintas batas, perdagangan listrik, dan industri manufaktur hijau di Indonesia. Ia meyakini hubungan ekspor impor energi bersih ini akan berjalan sesuai dengan prosedur yang tepat sesuai dengan tujuan di awal.




Reporter: Djati Waluyo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...