Risiko Likuiditas Adalah Ketidakmampuan Bayar Utang, Ini Penjelasannya

Destiara Anggita Putri
6 Oktober 2023, 15:07
 Risiko Likuiditas Adalah Risiko Tidak Bayar Utang
Freepik
ILustrasi, risiko likuiditas.

Hanya saja, kondisi yang dijuluki bank run itu berimbas pada kenaikan risiko likuiditas sektor perbankan. Tidak hanya terjadi di sektor keuangan saja, likuiditas perusahaan sektor lainnya bisa terkuras dengan cepat jika pemegang sahamnya melakukan penarikan dana besar-besaran.

Risiko Obligasi
 Risiko Likuiditas Adalah Risiko Tidak Bayar Utang (Freepik)

6. Kurangnya Diversifikasi Sumber Dana

Bergantungnya perusahaan pada satu sumber dana utama saja juga bisa menjadi pangkal risiko likuiditas. Hal ini dikarenakan jika arus kas dari sumber tersebut mandek, maka kas perusahaan secara keseluruhan pun bisa menjadi seret.

7. Ketidakmampuan Mengonversi Aset Menjadi Dana Tunai

Terakhir, jika perusahaan memiliki aset yang sulit untuk dijual atau dikonversi menjadi uang tunai dengan cepat, maka risiko likuiditasnya bisa meningkat.

Dampak Risiko Likuiditas

Tingkat risiko likuiditas yang tak terkontrol akan sangat mempengaruhi keberlangsungan sebuah perusahaan. Berikut ini beberapa dampak bagi perusahaan jika risiko tersebut dibiarkan.

1. Gangguan Operasional

Risiko likuiditas yang tinggi dapat menghambat perusahaan dalam memenuhi kebutuhan operasional sehari-hari, seperti membayar gaji karyawan, membayar pemasok, atau membiayai proyek baru.

2. Kerugian Finansial

Jika perusahaan terpaksa menjual aset dengan harga yang rendah untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, maka hal itu dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan.

3. Ketidakmampuan Memanfaatkan Peluang (Opportunity Cost)

Jika perusahaan tidak memiliki likuiditas yang cukup, maka mereka mungkin tidak dapat memanfaatkan peluang bisnis yang muncul, seperti investasi atau ekspansi.

Cara Mengatasi Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas adalah kondisi yang sangat merugikan bagi perusahaan, lembaga keuangan, maupun bank. Oleh sebab itu, risiko likuiditas perlu segera diatasi agar tidak terjadi kebangkrutan.

Berikut ini sejumlah cara mengatasi risiko likuiditas yang bisa dilakukan:

1. Mengidentifikasi Kesenjangan Aktiva dan Kewajiban Lancar

Salah satu cara mengatasi risiko likuiditas adalah mengidentifikasi kesenjangan aktiva dan kewajiban lancar. Tidak hanya itu, perushaan juga bisa mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan kesenjangan. 

Hal ini diperlukan agar perusahaan dapat mencari solusi lebih awal untuk mengatasinya dan mengurangi risiko terjadinya kerugian. 

2. Melakukan Mekanisme yang Jelas dan Terukur

Cara mengatasi risiko likuiditas dana berikutnya adalah melakukan mekanisme yang jelas dan terukur. Suatu perusahaan perlu membuat mekanisme atau aturan yang jelas, baik itu manajemen keuangan ataupun pemilik usaha. Bukan hanya itu, mekanisme perlu dibuat secara detail, mulai dari teknis dan non-teknis. 

Dengan demikian, setiap kali memutuskan dan melakukan sesuatu, perusahaan memiliki tolok ukur yang jelas. Mekanisme yang jelas juga akan membantu untuk mengelola, mengukur, memantau, hingga mencegah terjadinya risiko likuiditas.

3. Meningkatkan Cadangan Kas

Cara mengatasi risiko likuiditas dana yang terakhir adalah dengan meningkatkan cadangan kas.Sebab, kas memiliki sifat likuid yang membantu menjaga kesehatan keuangan perusahaan dikarenakan proses pencairannya berlangsung lebih cepat. Oleh karena itu, suatu perusahaan dapat menambah cadangan kas atau yang setara dengannya untuk mengatasi risiko likuiditas.

Meningkatkan cadangan kas juga bisa membantu perusahaan untuk menjaga aset lancarnya sehingga suatu nasabah atau pemilik usaha akan lebih percaya. Selain itu, kas yang mencukupi juga mampu memenuhi kewajiban perusahaan untuk melunasi bebannya secara tepat waktu tanpa mengalami kendala.

Halaman: