Profil Pindad, Produsen Maung yang Diincar KPU
Komisi Pemilihan Umum (KPU) berencana membeli kendaraan taktis, mobil dobel gardan (4x4). Salah satu jenis yang tengah diincar adalah Maung 4x4 buatan PT Pindad. Kendaraan ini dinilai cocok untuk mengangkut logistik, terutama di daerah terpencil.
Sekretaris Jenderal KPU Bernard Darmawan mengatakan, pilihan kepada Maung karena buatan dalam negeri. “Rencananya memang untuk daerah-daerah yang susah terjangkau,” kata dia pada 26 Oktober 2022 lalu.
(Baca: KPU Mau Beli Kendaraan Maung Pindad MV2 4x4, Untuk Apa?)
Maung adalah salah satu dari 13 kendaraan yang diproduksi PT Pindad. Maung dipakai sebagai kendaraan pertempuran jarak dekat dan penjelajahan jarak jauh. Pengguna dapat melengkapi mobil ini dengan bracket dan konsol senjata, navigasi GPS, dan lainnya.
Sebelum dikenal sebagai pabrikan kendaraan taktis dan alat persenjataan, Pindad memulai sejarahnya sebagai bengkel perkakas persenjataan Hindia Belanda bernama Constructie Winkel (CW). Bengkel tersebut didirikan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di Surabaya pada 1808.
Selain bengkel senjata, Daendels juga membangun bengkel amunisi berkaliber besar Proyektiel Fabriek (PF) dan laboratorium kimia di Semarang. Selanjutnya pemerintah mendirikan bengkel bahan peledak untuk angkatan laut bernama Pyrotechnische Werkplaats (PW) pada 1850. Pemerintah Hindia Belanda kemudian memindahkan pabrik-pabrik tersebut ke Kiaracondong, Bandung pada 1932 dan lebur menjadi Artilerie Inrichtingen (AI).
Pada masa revolusi, pasukan sekutu menguasai pabrik persenjataan di Kiaracondong yang kemudian diberi nama menjadi Leger Produktie Bedrijven (LPB). Hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) pada 27 Desember 1949, Belanda harus menyerahkan asetnya kepada Indonesia termasuk LPB.
Pemerintah Indonesia kemudian mengganti nama LPB menjadi Pabrik Senjata dan Mesiu (PSM). Pengelolaannya lalu diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD).
PSM Sempat mengalami krisis tenaga ahli, terutama pekerja asing yang harus kembali ke negaranya. Untuk mengatasinya, pemerintah mengirimkan banyak pemuda ke luar negeri untuk mempelajari persenjataan dan balistik.
Pada 1 Desember 1968, PSB berubah nama menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat (Pabal AD). Pabrik tidak hanya memproduksi senjata dan amunisi, tapi juga peralatan militer lain untuk mengurangi ketergantungan dari negara lain. Pada era ini, Pabal AD banyak menjalin kerja sama dengan perusahaan senjata di Eropa.
Pada era ini pula, pemerintah Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik tepung ubi kayu yang berada di Turen, Malang, Jawa Timur. Pabrik ini kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi Pindad.
Pada 1962, Pabal AD diubah menjadi Perindustrian Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (Pindad). Ini sejalan dengan mandatnya untuk mendukung tentara angkatan darat. Pada 1983, Pindad menjadi perseroan terbatas agar lebih fleksibel, termasuk dalam pendanaan.
Pindad mengoperasikan dua pabrik, yaitu di Bandung, Jawa Barat, dan di Malang, Jawa Timur. Di luar kedua pabrik ini, perusahaan juga memiliki wilayah operasional lainnya untuk pengujian dengan bekerja sama dengan TNI.
Pada Januari 2022, Pindad mulai menginduk ke PT Len Industri yang bersalin menjadi Defend ID. Selain Pindad, perusahaan strategis lain yang juga menginduk adalah PT Dirgantara Indonesia, PT PAL Indonesia, dan PT Dahana. Ini sejalan dengan langkah pemerintah untuk merampingkan struktur badan usaha milik negara (BUMN).
(Baca: PT Len Industri Resmi Jadi Induk Holding BUMN Industri Pertahanan)
Per akhir 2021, Pindad telah menjual senjata, amunisi, kendaraan khusus, bahan peledak, motor listrik, alat pembangkit, peralatan kapal laut, komponen transportasi, dan lain-lain.
Pelanggan tradisional Pindad mencakup TNI, Polri, Kementerian Pertahanan, dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Untuk produk non-pertahanan, pelanggannya meliputi PT Kereta Api Indonesia (KAI), PT Industri Kereta Api (INKA), Kementerian Perhubungan, dan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).
Pindad juga memiliki bisnis jasa, yang mencakup pemeliharaan produk atau peralatan industri, pengujian mutu dan kalibrasi, konstruksi, permesinan, pengeboran, peledakan, transportasi bahan peledak, pergudangan bahan peledak, dan lain-lain.
Diversifikasi Pindad juga terefleksikan dalam bus listrik dari Universitas Indonesia (UI), yang berkapasitas 64 orang. Perguruan tinggi yang berbasis di Depok, Jawa Barat, itu telah menyerahkan dua bus ini untuk mendukung transportasi Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 20 (G20) pada 15 dan 16 November 2022.
(Baca: Bus Listrik Buatan UI Dipakai di KTT G20, Gunakan Mesin Buatan Pindad)
Pindad juga membangun kerja sama terkait produksi dan penggunaan berbagai jenis senjata dengan Caracal International, perusahaan berbasis di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA), yang memproduksi senjata untuk sipil, penegak hukum, dan militer.
Kerja sama dengan perusahaan UEA ini sejalan dengan tren yang terlihat dalam hubungan investasi dan perdagangan antara kedua negara yang semakin dekat. Kedua negara telah menandatangani perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif (CEPA) pada Juli 2022.
Pada 2021, Pindad berhasil membukukan laba Rp73,57 miliar, yang menandai kebangkitan dari kemerosotan selama pandemi Covid-19. Namun, ini masih lebih rendah 27,22% dari level 2019.
Kebangkitan laba tersebut sejalan dengan pertumbuhan tahunan penjualan 31,64% ke Rp4,61 triliun pada 2021, didorong oleh pendapatan dari produk alat berat dan amunisi.