Haji Masagung, Sosok di Balik Toko Buku Gunung Agung yang Gulung Tikar

Amelia Yesidora
22 Mei 2023, 15:49
Pendiri Toko Buku Gunung Agung Tjio Wie Tay alias Masagung.
www.tokogunungagung.com
Pendiri Toko Buku Gunung Agung Tjio Wie Tay alias Masagung.

Keuntungan penjualan bukunya melampaui penjualan rokok dan bir. Akhirnya Tay San Kongsie fokus pada bisnis buku dan alat tulis impor. 

Pada 1951, Wie Tay menikahi Hian Nio. bisnisnya juga mendapat peluang baru. Ia membeli rumah hasil sita kejaksaan yang terletak di Jalan Kwitang nomor 13. Melalui proses lelang, ia berhasil mendapat rumah tersebut seharga Rp 110–harga yang tergolong murah kala itu.

Rumah itu lalu dipermak dan ruangannya dibagi sesuai kebutuhan. Mulai dari gudang, kantor, hingga percetakan kecil di bagian belakang. 

Lahirnya Toko Buku Gunung Agung Hingga Dikenal Bung Karno

Kendati bisnis moncer, kongsi ini pecah lima tahun setelah pendirian. Pemicunya adalah keinginan Masagung untuk membangun toko lebih besar dengan bentuk firma. Sayangnya, Lie Thay San tidak sepakat dengan ide ini sehingga memisahkan diri dari kongsi.

Sekeluarnya Lie dari kongsi ini, toko berubah nama menjadi Firma Gunung Agung pada 1953. Nama baru itu diambil dari terjemahan nama Tjio Wie Tay: Gunung Besar. 

Merayakan lahirnya Toko Buku Gunung Agung, Tjio Wie Tay mengadakan sebuah gebrakan besar, yakni pameran buku pada 8 September 1953. Gatra mencatat ada sekitar 10 ribu buku yang dipajang dengan modal sekitar Rp 500 ribu, jumlah yang sangat besar kala itu. 

“Momen inilah yang dicanangkannya sebagai hari lahir Gunung Agung. Kiprah Masagung dengan Gunung Agungnya kala itu menarik perhatian berbagai kalangan,” tulis majalah tersebut.

Pameran itu sukses berkat berbagai penulis, wartawan, dan pengusaha yang digandeng Masagung. Sebut saja nama HB Jassin, Usman Effendi sebagai beberapa kalangan penulis yang ia undang. Ada juga Adam Malik, Adinegoro, dan Sumanang dari kelompok wartawan, hingga pemilik Sintesa Group Oey Kim Tjiang. 

Setelah Tjio berganti nama menjadi Masagung, nama tokonya tersiar hingga ke telinga Bung Karno dan Bung Hatta. Otobiografi Sukarno, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat bahkan diterbitkan dari perusahan ini. 

Bukan hanya biografi Bung Karno, biografi tokoh nasional lainnya pun diterbitkan Gunung Agung. Mulai dari Bung Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Adam Malik, hingga Sjafrudin Prawiranegara.

Kepemimpinan Baru yang Tak Secemerlang Dulu

Gunung Agung kian jaya. Cabangnya dibuka sampai ke Tokyo, Jepang pada 1965 dan pameran buku dilaksanakan hingga Malaysia dan Singapura. Diversifikasi bisnis pun dilakukan pada era 1970-an dengan membuka ritel, jasa pariwisata, dan perhotelan..

Di usianya yang sudah lewat setengah abad, Masagung mulai mundur dari bisnis ini. Baton kepemimpinan pun perlahan diserahkan pada putra-putranya: Putra Masagung, Oka Masagung, dan Ketut Masagung.

Barulah pada 1989, pengelolaan toko ini diserahkan pada tangan profesional. Pada 1992, mereka membuat manuver baru yakni melantai di Bursa Efek Jakarta dengan kode TKGA. Namun empat tahun kemudian, Masagung memutuskan untuk menjual dan menyerahkan saham perusahaan ini pada tiga putranya. 

Sayangnya pada 16 November 2017, saham TKGA resmi didepak BEI karena mengalami peristiwa yang berpengaruh negatif terhadap kelangsungan usaha. 

Halaman:
Reporter: Amelia Yesidora
Editor: Sorta Tobing
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...