Profil BRICS, Kekuatan Baru dari Negara Berkembang

Dini Pramita
24 Juli 2023, 07:23
Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Brazil Jair Bolsonaro, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa berfoto bersama saat mereka tiba untuk KTT BRICS di Brasilia, Brazil, Kamis (14/11/20
ANTARA FOTO/REUTERS/Adriano Mach
Presiden China Xi Jinping, Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Brazil Jair Bolsonaro, Perdana Menteri India Narendra Modi dan Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa berfoto bersama saat mereka tiba untuk KTT BRICS di Brasilia, Brazil, Kamis (14/11/2019).

Adapun tujuan itu adalah untuk mempromosikan dialog dan kerja sama di antara kelima negara secara bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka dan transparan untuk membangun dunia yang harmonis dengan perdamaian abadi dan kemakmuran bersama.

Setelah itu, BRICS semakin solid dan kerap disebut-sebut sebagai aliansi negara yang mampu menandingi kelompok negara ekonomi maju G7.

Kekuatan BRICS

Format kerja sama antara negara-negara BRICS meliputi konferensi tingkat tinggi yang terjadwal tahunan dan diselenggarakan bergantian.

Selain itu, kelima negara kerap memanfaatkan berbagai pertemuan tinggi antar negara seperti mengadakan pertemuan para pemimpin di sela-sela KTT G20, pertemuan menteri luar negeri di sela-sela Majelis Umum PBB, pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral di sela-sela pertemuan musim gugur dan musim semi IMF dan Bank Dunia serta di sela-sela pertemuan para menteri keuangan G20.

BRICS memiliki serangkaian pertemuan kelompok kerja sama untuk pembangunan pertanian dan agraria, kesehatan, keamanan informasi, sains dan inovasi.
Pada KTT kedua yang diselenggarakan di Brazil, BRICS menegaskan posisinya pada sejumlah isu global yaitu mereformasi institusi keuangan agar dapat menampung aspirasi negara-negara berkembang; melakukan diversifikasi sistem moneter internasional agar tidak terfokus pada US Dollar; mengoptimalkan peran PBB; mendukung Brazil dan India di PBB untuk mendapatkan peran yang lebih besar.

Aliansi kelima negara ini merepresentasikan 40% total populasi dunia, 25% ekonomi global, dan 17% perdagangan internasional. Total pendapatan domestik bruto (PDB) dari kelima negara BRICS mencapai US$ 22,5 triliun, melampaui PDB kelompok negara G7 yang tercatat sebesar US$21,4 triliun.

Penjajakan Indonesia dengan BRICS

Pada 2 Juni 2023, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menghadiri pertemuan virtual yang diselenggarakan negara-negara BRICS. Pertemuan tersebut merupakan rangkaian acara menuju KTT BRICS di Johannesburg, Afrika Selatan, Agustus mendatang. Dalam KTT itu, ada 14 negara lain yang diundang untuk menghadiri, termasuk Indonesia.

Sebelumnya pada 2022, BRICS memberikan sinyal perluasan keanggotaan. Perluasan keanggotaan ini dilakukan untuk membuat BRICS menjadi lebih inklusif, bukan untuk menandingi kekuatan kelompok-kelompok negara yang sudah ada seperti G7.

Dalam pertemuan di tahun 2022 tersebut, BRICS menekankan agenda kerja sama berbagai sektor antarnegara. Pada pertemuan itu, Presiden Cina Xi Jinping menekankan pentingnya pedamaian, pembangunan yang merangkul semua negara, dan keterbukaan.

Indonesia disebut-sebut dalam pertemuan tersebut sebagai negara yang potensial untuk menjadi anggota. "Kami memiliki beberapa negara yang mengetuk pintu saat ini, seperti Indonesia, Turki, Saudi, Mesir, Argentina, dan lainnya," kata Direktur Jenderal Departemen Urusan Ekonomi Internasional Kementerian Luar Negeri Li Kexin.

Duta Besar Afrika Selatan Anil Sooklal menyebutkan Indonesia bukan satu-satunya negara yang ingin bergabung. Ia mengatakan ada 13 negara yang secara resmi telah meminta bergabung dengan BRICS, di luar itu ada 6 negara lain yang meminta secara tidak resmi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...