Sejarah Aremania, Kelompok Suporter Bola Paling Atraktif Asal Malang

Image title
1 Februari 2023, 16:44
Sejarah Aremania, Aremania, Arema FC
ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/wsj.
Ilustrasi, suporter kesebelasan Arema FC atau Aremania mengangkat syal untuk memberi semangat kepada tim kesayangannya saat bertanding melawan PSIS Semarang dalam pertandingan persahabatan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Minggu (22/5/2022).

Aremania juga mendapat predikat suporter terbaik pada turnamen Piala Jenderal Sudirman 2016 silam. Predikat ini berhasil diraih, karena sepanjang turnamen Aremania memperlihatkan sikap sportifitas dan kedewasaan.

Karena aksi yang atraktif dan damai tersebut, pertandingan yang diikuti Arema FC nyaman ditonton oleh semua kalangan. Bahkan kaum hawa atau perempuan, yang dulunya takut untuk menonton pertandingan, telah dengan aktif turut serta memberikan dukungan kepada Arema FC kala bertanding.

Tak hanya itu, melalui Aremania yang menciptakan atmosfir pertandingan yang aman dan atraktif, para kaum hawa asal Kota Malang kemudian membentuk kelompok supporter sendiri untuk mendukung Arema FC, yaitu Aremanita.

Kontroversi Aremania

Meski diiring dengan banyaknya kisah indah, sejarah Aremania juga tidak terlepas dari kisah kelam. Seperti telah disebutkan, pada awal perjalanannya, kelompok suporter Arema FC ini hampir selalu terlibat dalam perkelahian dengan pendukung klub sepak bola lain saat pertandingan.

Di antara sejumlah insiden yang melibatkan Aremania, ada dua insiden yang tergolong besar, yakni saat babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2007, dan Tragedi Stadion Kanjuran yang terjadi pada 1 Oktober 2022.

1. Kerusuhan 8 Besar Liga Indonesia 2007

Pada babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2007, Aremania dilaporkan melakukan tindakan anarkis. Saat itu, Arema FC bertanding melawan Persiwa Wamena pada 16 Januari 2008.

Sepanjang pertandingan, Aremania masih melakukan aktivitas selayaknya suporter sepak bola, yakni mengumandangkan chant yang khas, serta gerakan-gerakan yang unik.

Namun, pertandingan harus dihentikan pada menit ke-71 saat Persiwa unggul 2-1 dari Arema. Penyebabnya, adalah karena para Aremania yang tidak puas dengan kepemimpinan wasit turun ke lapangan dan merusak Stadion Brawijaya.

Akibatnya, Aremania dihukum pelarangan mengenakan atribut saat mendukung Arema FC selama dua tahun dan dilarang medukung Arema FC ketika bertanding di luar kandang.

Hukuman ini diterima oleh semua Aremania dan dapat dipatuhi selama dua tahun, di mana selama waktu sanksi tersebut, Aremania hanya memakai baju hitam dan bendera merah putih selama menonton pertandingan.

2. Tragedi Stadion Kanjuruhan

Sejarah Aremania yang paling kelam agaknya terjadi pada 1 Oktober 2022, yang dinamakan "Tragedi Stadion Kanjuruhan". Saat itu terjadi insiden penghimpitan kerumunan yang fatal saat pertandingan sepak bola di Stadion Kanjuruhan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Pertandingan yang dijuluki "Derbi Super Jawa Timur" ini, dimenangkan oleh Persebaya dengan skor 3-2.

Selama pertandingan berlangsung, situasi pengamanan berjalan lancar dan tanpa insiden yang berrarti. Setelah pertandingan berakhir, empat penonton dilaporkan masuk ke lapangan untuk berfoto bersama pemain Arema.

Menurut seorang saksi, empat penonton tersebut kemudian dikejar oleh polisi, yang menarik baju, diikuti dengan pukulan. Hal ini memicu suporter lain untuk masuk ke area lapangan, di mana sekitar 3.000 Aremania memasuki lapangan.

Para suporter ini berpencar di sekitar lapangan, mencari pemain dan ofisial tim Arema, untuk menuntut penjelasan tentang kekalahan tersebut. Pasalnya, selama 23 tahun, Arema FC tidak pernah mengalami kekalahan melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan.

Petugas keamanan dan polisi mencoba mengalihkan lebih banyak Aremania menjauh dari lapangan namun gagal. Beberapa Aremania mulai melemparkan benda-benda, merusak kendaraan polisi dan menyalakan api di dalam stadion.

Setelah tindakan pencegahan gagal, polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan perusuh di lapangan. Awalnya, polisi menembakkan gas air mata ke arah tribun 12, dengan tribun 10, 11, dan 14 kemudian ditargetkan, diikuti oleh tribun selatan dan utara. Hal ini membuat para Aremania yang berada di lokasi tersebut berlarian ke arah pintu keluar, yakni gerbang 12-14, untuk menghindari gas air mata.

Namun, semua gerbang dikunci kecuali gerbang 14, yang mengakibatkan terjadinya penumpukan, penghimpitan kerumunan dan asfiksia,dengan sebagian besar korban ditemukan di gerbang 13 dan 14. Pada 5 Oktober 2022, Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengkonfirmasi 131 korban jiwa akibat tragedi ini.

Akibat insiden ini, Presiden Joko Widodo menginstruksikan asosiasi untuk menangguhkan semua pertandingan Liga 1 sampai evaluasi perbaikan prosedur keamanan dilakukan.

Hal ini diikuti oleh tim pencari fakta gabungan yang memutuskan bahwa semua pertandingan liga sepak bola, mulai dari Liga 1, Liga 2 dan Liga 3, dihentikan sementara hingga Presiden mengatakan hal itu dapat dinormalisasi.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...