Sejarah BDS, Gerakan Boikot Produk Pro-Israel, Ditunding Pro-Terorisme

Sorta Tobing
15 November 2023, 10:55
boikot, israel, palestina
ANTARA FOTO/Didik Suhartono/foc.
Sejumlah mahasiswa melakukan aksi unjuk rasa di dekat gedung Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (7/11/2023). Aksi itu sebagai bentuk pembelaan dan kepedulian terhadap Palestina yang mengalami penderitaan akibat serangan militer Israel.

Selain perjuangan anti-apartheid di Afrika Selatan, BDS juga terinspirasi langsung dari gerakan hak-hak sipil di Amerika Serikat. Keduanya efektif mencapai tujuannya dengan memakai boikot.

Salah satu aktivis anti-apartheid yang mendukung gerakan ini adalah Uskup Agung Desmond Tutu. Ia pernah menyebut apartheid yang terjadi di Afrika dan Israel persamaannya sangat mencolok. 

Mural dukungan untuk kemerdekaan Palestina
Mural dukungan untuk kemerdekaan Palestina (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/rwa.)

Kritik terhadap BDS

Namun, gerakan ini bukan tanpa kritik. Bahkan tudingan banyak tertuju pada BDS. The Guardian pada 2017 menulis gerakan ini lebih banyak mudarat daripada manfaatnya. Sebab, perekonomian Palestina ikut terdampak negatif.

Lapangan pekerjaan dan peluang ekonomi di negara itu menjadi sulit dengan adanya gerakan tersebut. Argumen serupa sebenarnya juga terjadi pada penentang boikot dan sanksi apartheid di Afrika Selatan. 

Ada pula yang menyebut BDS sebagai kelompok antisemitisme. Gerakan ini disebut sebagai ajang kebencian terhadap orang Yahudi. Padahal, faktanya, banyak kelompok Yahudi yang mengecam pemerintahan Israel, khususnya kebijakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. 

Antisemitisme juga tersemat pada BDS karena anggapan masih banyak pemerintahan negara lain yang perlu mendapat pengawasan serupa. Seolah-olah, gerakan ini hanya mengharapkan standar tinggi untuk orang Yahudi dibandingkan kelompok lain. Argumen serupa, tulis Vox, juga terjadi pada aksi boikot di Afrika Selatan. 

Israel dan AS telah lama mencoba menghentikan upaya BDS. Kedua negara menganggap gerakan ini merupakan pendukung utama terorisme yang dipimpin oleh Hamas dan Jihad Islam di Palestina. 

Mantan gubernur New York Andrew Cuomo pernah menulis opininya di Washington Post pada 2016. Ia menilai BDS justru menghambat perdamaian di Timur Tengah. “New York mendukung Israel karena kami adalah Israel dan kami adalah Israel,” tulisnya. 

Mural solidaritas untuk Palestina
Mural solidaritas untuk Palestina (ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/foc.)

Daftar Produk yang Diboikot BDS

Berbagai kelompok BDS di dunia mencantumkan berbagai perusahaan dan barang yang akan diboikot. Daftarnya bisa berbeda-beda. Namun, saat ini BDS internasional menyoroti Hewlett Packard atau HP.

Perusahaan asal Amerika Serikat bernilai lebih dari US$ 25 miliar ini terkenal dengan lini produk mesin cetaknya atau printer. BDS menganggap teknologi HP telah membantu negara Israel dalam mengawasi dan membatasi pergerakan warga Palestina dengan menerapkan sistem identifikasi biometrik.  

HP telah membantah tudingan tersebut dengan menyebut perusahaan tidak memihak dalam perselisihan politik antar-negara atau wilayah. Perusahaan menerapkan kebijakan ketat untuk menghormati hak asasi manusia. 

Di Indonesia, akun X BDS Indonesia, @GerakanBDS_ID, telah mencantumkan daftar target boikot mereka. Produk boikot utama adalah:

  1. AXA Insurance
  2. Puma
  3. Carrefour
  4. Siemens
  5. HP
  6. Sodastream
  7. Remax
  8. Ahava

BDS Indonesia juga mengeluarkan target produk yang perlu mendapat tekanan masyarakat (non-boikot):

  1. Google
  2. Amazon
  3. Disney
  4. Booking.com
  5. Expedia
  6. AirBnB

Untuk target divestasi:

  1. Elbit System
  2. CAF
  3. CAT
  4. Barclays
  5. JCB
  6. Volvo
  7. Chevron
  8. TKH Security
  9. HIKVision
  10. HD Hyundai

Terakhir, target boikot lainnya:

  1. Domino’s Pizza
  2. McDonald’s
  3. Papa John’s
  4. Burger King
  5. Pizza Hut
  6. Wix

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...