Kembangkan Vaksin Merah Putih, Enam Lembaga Gunakan Protein hingga RNA
Pemerintah berupaya memproduksi vaksin virus corona di dalam negeri. Salah satunya melalui proyek vaksin Covid-19 bertajuk Merah Putih.
Menteri Riset Teknologi dan Perguruan Tinggi Bambang Brodjonegoro mengatakan ada enam lembaga penelitian yang mengembangkan bibit vaksin tersebut dengan metodologi yang berbeda. Masa produksinya pun beragam sesuai dengan bahan dasar serta platform yang digunakan.
Meski begitu, produksinya hanya akan dilakukan oleh Bio Farma. Adapun pemerintah menargetkan vaksin tersebut dapat digunakan mulai 2022. Berikut perkembangan terkini vaksin Covid-19 Merah Putih:
Eijkman
Perkembangan vaksin Covid-19 oleh Lembaga Biologi Molekuler itu merupakan yang terdepan dibandingkan lembaga lainnya. Itu lantaran Eijkman sudah ditunjuk sejak awal untuk pengembangan vaksin.
Selain itu, Eijkman sudah terbiasa bekerja sama dengan Bio Farma dalam mengembangkan obat-obatan. Khusus untuk vaksin Covid-19, lembaga itu awalnya membuat bibit vaksin dengan ekspresi mamalia.
Namun, Bio Farma mengaku kesulitan memproduksi vaksin dengan metode tersebut. Eijkman pun akhirnya mengembangkan satu bibit vaksin dari platform yang sama, namun kali ini menggunakan sel dari ragi (yeast) yang biasa digunakan Bio Farma.
Dengan begitu, Eijkman tengah mengerjakan dua vaksin dengan plaftorm protein rekombinan secara paralel, yakni ekspresi sel mamalia dan sel ragi (yeast). Bibit vaksin tersebut rencananya diserahkan kepada Bio Farma pada Maret 2021 dan ditargetkan masuk tahap uji klinik pada kuartal IV tahun ini.
Universitas Indonesia (UI)
Bibit vaksin buatan Universitas Indonesia menggunakan tiga platform, yakni DNA, RNA, dan virus life particle. Secara umum, vaksin berbahan dasar DNA dan RNA memiliki teknologi yang relatif baru dibandingkan protein rekombinan.
Meski begitu, perkembangan vaksin dengan RNA cukup pesat. Seperti Pfizer-BioNTech dan Moderna yang menggunakan metode itu untuk membuat vaksin Covid-19.
Vaksin buatan dua perusahaan itu menjadi salah satu yang tercepat mencapai efikasi. Selain itu, tingkat kemanjuran yang dihasilkan juga cukup tinggi hingga 95%.
Dengan teknologi tersebut, Bambang berharap peneliti UI dapat mulai membuat sel CHO (sel bibit vaksin buatan UI) pada Juni 2020. Berdasarkan paparan timeline, saat ini vaksin berbasis DNA yang dikembangkan UI merupakan yang terdepan di antara tiga jenis vaksin lainnya.
Itu lantaran vaksin berbasis DNA sudah melewati fase vektor ekspresi. Meski begitu, Bambang menargetkan tiga bibit vaksin dari UI bisa selesai pada April 2021 dan memasuki tahap pre-clinical test pada Juni tahun ini.
LIPI
Sama halnya dengan Eijkman, LIPI juga mengembangkan bibit vaksin menggunakan teknologi protein rekombinan. LIPI diharapkan sudah mengolah data, pelaporan, dan draf paten per Mei 2021.
Adapun, vaksin protein rekombinan merupakan bagian dari subunit vaccine, atau jenis vaksin yang mengambil komponen atau antigen dari patogen yang dinilai cocok untuk menstimulasikan imun tubuh.
Berdasarkan paparan Bambang, bibit vaksin ini diharapkan dapat selesai pada Februari 2021 dan menjalani pre-clinical test oleh Bio Farma pada Juni tahun ini.
Universitas Airlangga
Universitas Airlangga mengembangkan vaksin berbasis Adenovirus. Perusahaan lain yang mengadopsi cara serupa yaitu Astrazeneca yang bekerja sama dengan Universitas Oxford.
Platform tersebut pun mempunyai kelebihan yakni stabilitas thermal yang cenderung lebih tinggi. Sehingga mudah masuk ke dalam tubuh melalui jalur mukosa sistemik atau pernapasan.
Dalam prosesnya, bibit vaksin ini sudah melalui fase vektor ekspresi. Bambang berharap produksi sintetik adenovirus bisa selesai pada Februari 2021. Sehingga uji klinis dapat diproduksi massal pada akhir 2021.
Institut Teknologi Bandung
Universitas Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan dua bahan vaksin, yakni menggunakan protein rekombinan dan adenovirus. Berdasarkan paparan Bambang, ITB diharapkan dapat memulai tahap uji imunogenitas pada Mencit pada Desember 2021.
Universitas Gadjah Mada
Bibit vaksin dari universitas asal Jogja itu dikembangkan menggunakan bahan dasar protein rekombinan. Bambang mengatakan bahwa bibit vaksin buatan UGM masih dalam tahapan riset.
(Penyumbang bahan: Ivan Jonathan)
Masyarakat dapat mencegah penyebaran virus corona dengan menerapkan 3M, yaitu: memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak sekaligus menjauhi kerumunan. Klik di sini untuk info selengkapnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #cucitangan