IHSG Naik 0,23%, Investor Asing Lepas Saham BCA Hingga Rp 363 Miliar
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis (20/2) ditutup naik 13,69 poin atau 0,23% ke level 5.942,49. Meski indeks bergerak naik, tercatat investor asing terpantau banyak melego saham-saham miliknya.
Berdasarkan data RTI Infokom, investor asing mencatatkan penjualan saham dengan nilai bersih Rp 283,4 miliar di pasar reguler. Saham yang dilepas oleh investor asing dengan nilai paling besar yaitu Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan nilai jual bersih (net sell) Rp 363,4 miliar. Harga saham BCA pun turun 1,49% menjadi Rp 32.975 per saham.
Adapun, sektor yang menjadi pendorong kenaikan indeks pada perdagangan hari ini yaitu sektor pertambangan yang naik 1,62%. Saham berkapitalisasi besar yang menopang kenaikan indeks pertambangan yaitu Adaro Energy Tbk (ADRO) yang naik 3,45% menjadi Rp 1.350 per saham. Selain Adaro, Vale Indonesia Tbk (INCO) juga naik 2,63% menjadi Rp 3.120 per saham.
Saham Bukit Asam Tbk (PTBA) juga naik 3,75% menjadi Rp 2.490 per saham, kemudian Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) naik 3,18% menjadi Rp 1.300 per saham, serta Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) naik 1,42% menjadi Rp 715 per saham.
(Baca: IHSG Sesi I Naik 0,11% Ditopang Saham Sektor Tambang)
Pada perdagangan hari ini, total saham yang diperdagangkan sebanyak 7,91 miliar dengan nilai transaksi totalnya mencapai Rp 6,89 triliun. Meski indeks naik, hanya ada 163 saham harganya naik, sedangkan 209 saham terkoreksi, dan 156 saham lainnya stagnan.
Kenaikan IHSG menjadi salah satu katalis positif di tengah bursa-bursa kawasan Asia yang bergerak variatif. Sejalan dengan IHSG, Nikkei 225 Index ditutup naik 0,34%, sedangkan indeks Shanghai Composite memimpin di Asia dengan kenaikan sebesar 1,84%. Sementara itu Hang Seng turun 0,17% dan Strait Times turun 0,47%.
Sentimen Penggerak Pasar Modal
Kenaikan IHSG pada hari ini sejalan dengan langkah Bank Indonesia (BI) dan bank sentral Tiongkok yang mengumumkan pemangkasan suku bunga acuan guna mendorong ekonomi yang terdampak wabah virus corona.
Bank Sentral Tiongkok atau PBoC hari ini memangkas suku bunga pinjaman atau loan prime rate (LPR) untuk jangka waktu satu tahun dari 4,15% menjadi 4,05%, dan LPR lima tahun dari 4,8% menjadi 4,75%. LPR merupakan suku bunga yang dikenakan oleh bank komersial di Tiongkok kepada debitur terbaik mereka, serta berfungsi sebagai acuan untuk pinjaman lain.
(Baca: Analis Sebut IPO Jumbo Bakal Kembali Gairahkan Pasar Modal)
Senada, BI juga memangkas suku bunga acuannya, BI 7 days reverse repo rate, sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%. Pemangkasan suku bunga dilakukan guna mengantisipasi dampak perlambatan ekonomi akibat wabah virus corona (COVID-19).
"Berdasarkan penilaian terhadap perekonomian global dan domestik, rapat dewan gubernur BI memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/2).
Perry menjelaskan bahwa optimisme pemulihan ekonomi global yang sempat muncul dengan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok terhempas oleh wabah virus corona. Wabah ini tak hanya berdampak pada perekonomian Tiongkok, tetapi juga pada perekonomian global dan berimbas pada Indonesia.
(Baca: BI Pangkas Bunga Acuan, Rupiah Melemah ke 13.775 Per Dolar AS)