Biodiesel Makin Sulit Masuk Eropa, Harga Saham Produsen Sawit Turun

Image title
15 Agustus 2019, 01:00
Seorang pekerja melintas di layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Pusat (08/08). IHSG tercatat menguat 1,38% ke 6.204,19 dengan aksi jual asing mencatat jual bersih Rp 214,41 miliar.
Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Seorang pekerja melintas di layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Pusat (08/08). IHSG tercatat menguat 1,38% ke 6.204,19 dengan aksi jual asing mencatat jual bersih Rp 214,41 miliar.

Indeks saham sektor Agri pada perdagangan kemarin, Rabu (14/8) ditutup terkoreksi 0,17% di level 1.409,23. Penurunan itu dipengaruhi sentimen negatif dari penerapan bea masuk antisubsidi biodiesel sebesar 8-18% dari Uni Eropa.

Saham PT  PP London Sumatera Tbk (LSIP) terkoreksi tipis 0,40% menjadi Rp 1.235 per saham diikuti saham PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) sekitar 0,52% menjadi Rp 955 per saham.

Saham PT  Salim Ivomas Tbk (SIMP) turun 2,26% menjadi Rp 346 per saham disertai penurunan saham PT Tunas Baru Lampung Tbk 1,11% menjadi Rp 890 per saham.

Sementara saham dengan kapitalisasi besar, seperti PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sahamnya tercatat naik 0,90% menjadi Rp 11.175 per saham. Kemudian, PT Sinarmas Agro  Resources and Technology Tbk (SMAR) harga sahamnya juga naik 0,53% menjadi Rp 3.780 per saham. Adapun saham PT Andira Agro Tbk (ANDI) juga mencatat menopang saham sektor agro lantaran kenaikannya mencapai 6,85% menjadi Rp 2.340 per saham.

(Baca: Saham Agribisnis Angkat IHSG Menguat Tipis ke 6.282)

Menurut Analis Binaarta Sekuritas Muhammad Nafan Aji, penerapan bea masuk antisubsidi biodiesel oleh Uni Eropa memang merupakan tantangan untuk sektor Agri. Namun, masih ada katalis positif bagi sektor tersebut meski di tangah tantangan.

"Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa pada Januari 2020 pelaksanaan program biodiesel sudah mencapai 30% dan akhir tahun depan meningkat lagi menjadi B50," kata Nafan Aji kepada Katadata.co.id, Rabu (14/8).

Seperti diketahui, beberapa produsen biodiesel yang dikenai bea masuk adalah PT Ciliandra Perkasa 8%, Musim Mas Group terkena 16,3%, Permata Group terkena 18%, Wilmar Group terkena 15,7%, sedangkan perusahaan lainnya dikenai tarif 18%.

Perusahaan biodiesel Indonesia yang keberatan terhadap kebijakan tersebut bisa memberikan jawaban tertulis dalam waktu 15 hari setelah regulasi berjalan. Komisi Uni Eropa akan merespons dalam waktu lima hari tetapi tidak ada jaminan apakah keberatan tersebut akan diterima atau ditolak.

(Baca: Biodiesel Kena Bea Masuk Eropa, Indonesia Dorong Program B30 dan B50)

Salah satu strategi pemerintah untuk menghadapi masalah ini adalah dengan mendorong konsumsi biodiesel di pasar domestik. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menginginkan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan (biofuel) berbasis biodiesel meningkat tahun depan.

Ia menargetkan penggunaan biodiesel B30 atau bahan bakar hasil campuran biodiesel 30% dan solar 70% bisa diterapkan mulai Januari 2020. Pada akhir 2020, Indonesia diharapkan sudah bisa menggunakan B50 alias bahan bakar dengan komposisi 50% biodiesel dan 50% solar.  

Langkah ini diambil pemerintah seiring suksesnya program B20 yang menekan impor solar bulanan sebesar 45% pada periode Januari-Juli 2019 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Jokowi menyebutkan, penurunan impor solar itu berhasil menghemat pengeluaran untuk impor minyak sekitar US$ 5,5 miliar dalam setahun.

Editor: Ekarina

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...