Dibayangi Sentimen Perang Dagang, IHSG Masih Berpeluang Rebound
Indeks harga saham gabungan (IHSG) mengawali perdagangan saham Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (15/5) dengan positif. IHSG naik 20,44 poin atau 0,34% ke posisi 6.091,64. Setelah selama dua hari berturut-turut terkoreksi signifikan karena memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, secara teknikal IHSG hari ini berpotensi rebound meski terbatas.
Kinerja IHSG sejalan dengan bursa saham Asia yang juga mengalami penguatan setelah terkoreksi cukup dalam. Indeks Shanghai pagi ini menguat 0,82%, Hang Seng naik 0,47%, Kospi naik 0,44%, PSEi naik 0,67%, serta KLCI naik 0,79%. Sedangkan Nikkei dan Strait Times turun masing-masing 0,08% dan 0,17%.
Penguatan bursa Asia pagi ini salah satunya dipengaruhi oleh bursa Amerika Serikat (AS) yang pada perdagangan kemarin ditutup menguat. Indeks Dow Jones naik 0,82%, S&P 500 naik 0,80%, dan Nasdaq naik 1,14%. Rebound-nya indeks AS ditopang oleh saham-saham teknologi merespon rencana pertemuan Presiden AS dan Tiongkok di KTT G-20 Jepang bulan depan untuk melanjutkan dialog terkait kesepakatan dagang.
"Ada upaya presiden AS Donald Trump untuk menenangkan pasar. Dia mengatakan bahwa eskalasi perang dagang dengan Tiongkok hanya pertengkaran kecil karena saat ini keduanya masih melakukan dialog dengan baik," papar Kepala Riset OSO Securities Ike Widiawati dalam risetnya hari ini.
(Baca: Gara-gara Perang Dagang, dalam Dua Hari IHSG Anjlok 2,22%)
Secara teknikal, dia menilai IHSG berpotensi untuk rebound setelah terkoreksi signifikan selama dua hari terakhir. "IHSG
ditutup bearish candle. Adapun indikator Stochastic bearish dan MACD histogram bergerak negatif dengan volume meningkat. Kami perkirakan IHSG berpeluang rebound dengan pergerakan di kisaran 6,047 – 6,179," papar Ike.
Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengungkapkan bahwa Tiongkok dan AS sepakat untuk melanjutkan diskusi yang relevan walau perang tarif kembali memanas. Pemerintah Tiongkok pun memiliki sikap yang serupa.
AS telah menerapkan tarif baru terhadap impor US$ 200 miliar produk Tiongkok, bahkan berencana menaikkan tarif terhadap US$ 325 miliar impor Tiongkok yang belum terkena dampak perang dagang. Sedangkan tarif baru terhadap US$ 60 miliar impor produk AS akan mulai berlaku 1 Juni 2019 mendatang.
Kendati demikian, investor telah bersiap untuk menghadapi perang dagang selama beberapa bulan kedepan. Dari dalam negeri, efek dari perang dagang akan diantisipasi oleh pemerintah dan otoritas moneter, terutama untuk menjaga kestabilan nilai tukar yang juga terdampak sentimen perang dagang.
(Baca: Darmin Tak Khawatir Perang Dagang AS-Tiongkok Ganggu Ekonomi Indonesia)
Pasalnya, nilai tukar rupiah akan tertekan oleh sudden reversal modal asing di pasar obligasi dan pasar saham setelah IHSG terkoreksi hingga mendekati level 6.000. Di pasar saham reguler, net sell investor asing telah mencapai Rp 8,56 triliun selama sebulan terakhir, dan rupiah terus melemah hingga mendekati level Rp 14.500 per dolar AS.
Hingga berita ini ditulis IHSG sudah masuk ke zona merah, terkoreksi 1,17 poin atau 0,019% ke posisi 6.070,03. Sebanyak 144 saham memerah, 171 saham menghijau, dan 141 saham lainnya stagnan. Investor asing sementara ini membukukan net buy sebesar Rp 11,02 miliar di pasar reguler.