IHSG Anjlok usai Omicron Masuk Indonesia, Analis Sebut Sentimen Sesaat
Indeks harga saham gabungan (IHSG) langsung anjlok pada perdagangan sesi pertama, Rabu (16/12), usai Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengumumkan kasus pertama Covid-19 varian Omicron di Indonesia.
Berdasarkan data RTI Infokom, IHSG ditutup turun 0,68% menyentuh level 6.581 pada sesi pertama. Padahal pada pembukaan hari ini, indeks sempat menyentuh level 6.661 atau menguat 0,52% dibandingkan penutupan hari sebelumnya.
Total volume saham yang diperdagangkan 13,15 miliar unit dengan nilai transaksi Rp 6,69 triliun. Tercatat, ada 149 saham yang menguat, lalu 372 saham lainnya turun, dan 145 saham tidak berubah harganya.
Investor asing mencatatkan jual dengan nilai bersih Rp 348,83 miliar di seluruh pasar. Penjualan bersih asing, utamanya dilakukan di pasar reguler dengan nilai bersih Rp 265,33 miliar.
Saham yang dilepas asing paling banyak adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan nilai jual bersih Rp 114,3 miliar. Saham ini ditutup turun 1,43% pada sesi pertama menyentuh level Rp 4.140 per saham.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, sentimen masuknya Omicron ke Indonesia tidak akan lama. Pasalnya kasus Omicron sudah ada di luar negeri sebelumnya dan dampaknya tidak terlalu parah.
"Jadi pelemahan ini menurut saya sementara saja," kata William kepada Katadata.co.id, Rabu (16/12). Menurutnya, IHSG masih mungkin melanjutkan penguatan pada Desember 2021 dengan level support 6.481 dan resistance 6.700.
Analis Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas juga menilai sentimen negatif Omicron ini hanya sementara saja, bahkan hanya dalam hitungan hari. Hal tersebut berkaca pada varian sebelumnya yaitu Delta yang tidak berdampak pada IHSG, tetap naik.
"Artinya Desember 2021 peluang untuk window dressing tetap tinggi. Vaksinasi yang terus dikejar menjadi kunci untuk pemulihan ekonomi yang berlanjut," kata Sukarno kepada Katadata.co.id, Rabu (16/12).
Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, masuknya varian Omicron ke Indonesia hanya tinggal menunggu waktu saja, cepat atau lambat. Menurutnya, kabar masuknya varian tersebut sudah pasti menjadi pukulan besar untuk Indonesia.
"Karena bisa mengganggu prospek pemulihan ekonomi Indonesia. Memang masih sedikit, tapi variable yang tadinya kecil menjadi besar. Ketidakpastian yang kecil menjadi besar," kata Nico kepada Katadata.co.id, Rabu (16/12).
Sentimen ini bisa saja cepat berlalu bagi pasar saham, hal tersebut tergantung dari bagaimana langkah pemerintah dalam mengendalikan Omicron. "Sejauh mana pemerintah kita bisa mengendalikan omicron, sejauh itu pula indeks kita dalam teritori positif," katanya.
Selain dari pemerintah, investor pasar saham juga menanti respons dari Bank Indonesia. Respons tersebut tidak hanya terkait dengan Omicron, tapi respons terhadap kebijakan bank sentral Amerika Serikat The Fed terkait pengetatan kebijakan alias tapering off.
"Kami tidak butuh lagi kata-kata BI yang sama setiap bulan, kali ini situasi berbeda. Butuh respons dari BI terkait kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh The Fed," kata Nico.
Seperti diketahui, pemerintah resmi mengumumkan kasus Omicron pertama di Indonesia pada Rabu (16/12). Kasus tersebut ditemukan dari seorang pekerja pembersih di Rumah Sakit Wisma Atlet yang terinfeksi.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan sampel diambil dari tim di Wisma Atlet pada 8 Desember. Sampel lalu dikirimkan ke Kemenkes untuk dilakukan Whole Genome Sequencing dan hasilnya ada satu orang yang terdeteksi Omicron.
“Ada tiga terkonfirmasi positif, satu orang positif Omicron,” kata Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers virtual, Kamis (16/12).
Kasus tersebut juga tidak mengalami gejala seperti pilek dan batuk. Hasil tes PCR kedua petugas pembersih itu juga telah menunjukkan hasil negatif Covid-19. “Mereka telah menjalani tes kedua,” kata Budi.
Selain itu Budi mengatakan ada lima orang yang berstatus probable Omicron. Mereka terdiri dari dua WNI yang pulang dari AS serta tiga WN Cina yang tiba di Manado.
Saat ini WNI sudah diisolasi di Wisma Atlet, "Sedangkan WN Cina tersebut menjalani karantina di Manado," katanya.
Sebenarnya, Indonesia masih terbebas dari zona merah dan oranye Covid-19 pada 6-12 Desember 2021. Ini artinya, sudah dua bulan Indonesia tak memiliki wilayah dengan tingkat kerawanan penularan virus corona tinggi dan sedang.