Garuda Targetkan Suspensi Saham Akan Dicabut BEI Mulai Desember
Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia (persero) Tbk (GIAA) menargetkan suspensi saham perseroan dapat dicabut pada Desember 2022 mendatang. Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) telah menghentikan sementara perdagangan saham GIAA sejak 18 Juni 2021.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan pihaknya akan mengajukan pencabutan penghentian sementara perdagangan saham perseroan pada Desember mendatang bersamaan dengan pencatatan penambahan modal hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) atau private placement perseroan.
“Pertengahan Desember itu diharapkan ada jadwal PMHMETD non right issue pada saat itu kami telah berkomunikasi dengan pihak bursa untuk adanya pencabutan suspensi saham dengan satu syarat kasasi sudah ditolak dan relaksasi sudah disetujui,” ujar Irfan dalam paparan publik, Kamis (20/10).
Selain itu perseroan juga berencana untuk melakukan penawaran sukuk baru atau restrukturisasi.
“Dengan eksekusi ini semuanya juga akan ada penawaran sukuk baru atau restrukturisasi yang kita miliki. Yang penting kita koordinasi terus dengan pihak bursa dan kami juga sepakat bahwa kepentingan publik harus terus menerus kita pastikan tidak terganggu dengan proses rights issue,” lanjut Irfan.
Berdasarkan prospektusnya, Garuda Indonesia mematok harga Rp 182 hingga Rp 210 per saham. Dengan harga tersebut, perseroan berpotensi mendapatkan dana segar sebesar Rp 12,3 triliun.
Dewan Direksi Garuda Indonesia menjelaskan untuk penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD), perusahaan akan menerbitkan 68,072 miliar lembar saham baru seri C dengan nilai transaksi sebanyak-banyaknya Rp 12,4 triliun. Selanjutnya untuk penambahan modal tanpa melalui hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) perseroan akan menerbitkan sekitar 22,970 miliar saham baru seri C dengan nilai transaksi sekitar Rp 4,2 triliun.
Sedangkan untuk konversi obligasi wajib konversi (OWK) Garuda Indonesia akan menerbitkan sekitar 5,494 miliar lembar saham baru seri C dengan nilai transaksi sekitar Rp 1 triliun. Untuk masing-masing lembar saham akan dijual dengan harga sekitar Rp 182 per saham.
Dana hasil kegiatan korporasi yang akan dilakukan perseroan, seluruhnya akan digunakan untuk maintenance, restorasi, dan pemenuhan maintenance reserve serta modal kerja yang mencakup bahan bakar, biaya sewa pesawat dan pembayaran biaya restrukturisasi.