Garuda Dapat Restu Tiga Aksi Korporasi, Potensi Himpun Dana Rp 17,58 T
Emiten maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) berhasil mendapatkan persetujuan untuk sejumlah agenda aksi korporasi. Aksi korporasi tersebut antara lain persetujuan rights issue, private placement dan penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) dengan potensi penggalangan dana Rp 17,58 triliun.
Melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan hari ini, Jumat (14/10), Garuda Indonesia memperoleh persetujuan untuk menerbitkan sebanyak-banyaknya 68,072 juta lembar saham melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue. RUPSLB yang digelar kali ini merupakan lanjutan dari rangkaian agenda mata acara RUPSLB yang sebelumnya telah dilaksanakan pada Agustus 2022 lalu.
Selain itu, perseroan juga melakukan penambahan modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement sebanyak 22.970 juta lembar saham dengan total utang yang akan dikonversi maksimal Rp 4,2 triliun. Para pemegang saham juga menyetujui pengeluaran saham seri C dengan nominal Rp 182 per lembar saham.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan, persetujuan yang telah diberikan pemegang saham melalui gelaran RUPSLB lanjutan menjadi pencapaian penting perseroan untuk mengakselerasikan misi transformasi kinerja.
“Kami berharap hasil keputusan RUPSLB lanjutan ini, akan dapat mengakselerasikan proses transformasi kinerja utamanya melalui restrukturisasi yang diharapkan dapat rampung pada akhir tahun 2022," kata Irfan dalam keterangan resmi, Jumat (14/10).
Irfan melanjutkan, aksi korporasi ini akan menjadi momentum penting bagi perusahaan mewujudkan misi dalam menjadi entitas bisnis yang lebih sehat, kompetitif, dan profitable. Dengan penambahan modal ini, Irfan juga berharap bisa mengoptimalkan perseroan jelang masa transisi menuju endemi mendatang.
Perseroan, lanjut Irfan, akan mengoptimalkan penambahan modal kerja ini setelah dikurangi dengan biaya-biaya emisi, utamanya untuk kebutuhan maintenance dan restorasi armada serta turut mencakup bahan bakar, biaya sewa pesawat hingga biaya penunjang lainnya. "Hal ini diharapkan mampu memperkuat outlook kinerja usaha perseroan jelang transisi masa endemi mendatang.”
Komposisi penambahan modal tersebut termasuk rencana penyertaan modal negara (PMN) untuk perseroan yang sebelumnya telah dialokasikan sebesar Rp7,5 triliun oleh pemerintah dalam Cadangan Pembiayaan Investasi sebagaimana akan ditetapkan kembali dalam Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2022.
Selaras dengan implementasi proses restrukturisasi sesuai rencana yang telah disetujui, Garuda Indonesia berkomitmen penuh untuk terus melaksanakan transformasi bisnis lainnya dalam menghadirkan bisnis penerbangan yang jauh lebih sehat, adaptif, dan agile dalam menangkap potensi pasar penerbangan di masa mendatang.
Strategi itu antara lain dengan menurunkan lease rate, optimalisasi jumlah dan tipe pesawat, penerapan power-by-hour hingga akhir tahun 2022, optimalisasi jaringan penerbangan, dan optimalisasi peningkatan pendapatan kargo dan ancillary.
Ia pun menjelaskan, setelah melewati tahun-tahun yang cukup menantang untuk keluar dari tekanan pandemi Covid-19 selama kurun waktu dua tahun terakhir, tahun 2022 Garuda Indonesia mulai menunjukkan performa kinerja positif khususnya pada saat proses PKPU telah selesai.
Hal ini tercermin dari pencatatan laba bersih sebesar US$3,76 miliar di mana pendapatan tersebut selain dikontribusikan oleh pendapatan usaha yang meningkat hingga 26,10% berbarengan dengan penyusutan beban usaha 11,71%, dan hasil restrukturisasi keuangan melalui juga dicatatkan pada laba buku perusahaan.
"Sementara itu, tingkat permintaan penumpang jelang kuartal empat berkisar di angka 84% dari total ketersediaan kursi di periode akhir tahun yaitu sedikitnya 2,7 juta kursi,” lanjut Irfan.
Irfan juga mengatakan, kinerja operasional Garuda Indonesia yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang positif dan diharapkan dapat terakomodir secara maksimal. Terutama jelang periode libur natal dan tahun baru mendatang, khususnya melalui ketersediaan armada yang beroperasi melalui akselerasi program restorasi armada yang tengah berlangsung.