Penguncian Saham GOTO Akan Berakhir, Apa Dampaknya ke IHSG?
Periode penguncian saham emiten teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), akan berakhir pada akhir November 2022 mendatang. Selesainya periode penguncian saham tersebut memunculkan kekhawatiran investor, pasalnya, sejumlah pemegang saham pra-IPO GOTO berpotensi akan hengkang dan bisa menyebabkan penurunan harga saham perusahaan hasil merger Gojek dengan Tokopedia tersebut.
Walhasil, dampak penurunan saham GOTO juga akan berimbas kepada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai salah satu emiten dengan kontribusi bobot saham yang cukup besar di bursa Tanah Air. Dengan dibukanya periode penguncian saham, jumlah saham yang beredar GOTO juga akan bertambah sebanyak 745,6 miliar saham.
Pada perdagangan Selasa ini (25/10), harga saham GOTO kembali anjlok 1,58% ke level Rp 188 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 222,66 triliun. Bila dilihat dalam enam bulan terakhir, sahamnya juga turun 50,52%.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Irvan Susandy menjelaskan, setelah periode penguncian saham berakhir, BEI akan tetap membatasi kontribusi bobot saham GOTO terhadap IHSG. "Akan tetap dibatasi untuk kontribusi satu saham (GOTO) terhadap IHSG. Jadi, tidak diambil full of free float," kata Irvan, kepada media, Selasa (25/10).
Dia menjelaskan, saat ini bobot saham GOTO terhadap IHSG cukup besar, berada di peringkat kelima setelah PT Bank Mandiri Tbk., dan PT Telkom Indonesia Tbk., dengan bobot terhadap indeks di kisaran 5,78%.
"Saat ini bobot GOTO di indeks sekitar 6%, bukan paling besar tapi nomor 5 setelah BBCA dan lain-lainnya. Jadi pengaruh dia terhadap indeks jika saham GOTO turun, signifikan," kata Irvan menjelaskan.
"Rumusnya sederhana saja, pengaruhnya maksimal 6% x 7% (ARB) = lebih kurang 0,4%."
Oleh sebab itu, Irvan meminta agar para investor cukup bijak untuk melakukan transaksi saham emiten teknologi tersebut dengan memperhatikan semua informasi yang ada.
"Sehingga para investor dapat melakukan investasinya sesuai dengan keinginannya dan berdasarkan analisa yang memadai," ujarnya.
Sebelumnya, manajemen GOTO dan para pemegang saham pra-IPO sedang menjajaki kemungkinan dilakukannya suatu penawaran sekunder (secondary offering) terkoordinasi atas saham perseroan yang dimiliki oleh pemegang saham pra-IPO.
Penawaran sekunder itu rencananya akan dilaksanakan setelah berakhirnya periode lock-up atas saham GOTO akhir November tahun ini guna memfasilitasi suatu penjualan yang terstruktur melalui pasar negosiasi.
Namun, perseroan menegaskan,tidak akan menerbitkan saham baru atau melakukan penjualan saham di dalam proses ini, sehingga tidak akan terjadi dilusi atas saham GOTO.
Lebih lanjut, perusahaan juga tidak akan mendapatkan penerimaan dana dari hasil penjualan tersebut.
"Setiap transaksi akan bergantung pada kondisi pasar dan makro ekonomi, maupun faktor-faktor lainnya, dan tidak ada jaminan yang diberikan bahwa transaksi tersebut akan dapat terlaksana," ungkap manajemen GOTO, dalam keterbukaan informasi.