Indeks Utama Wall Street Tertekan Jelang Pertemuan The Fed
Indeks utama di Bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS), merosot pada akhir perdagangan saham Selasa (1/11) waktu AS, atau Rabu (2/11) waktu Indonesia.
Hal itu terjadi setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat, sehingga mendorong optimisme bank sentral AS, Federal Reserve untuk tetap pada kebijakan menaikkan suku bunga di level atas. Dengan data tenaga kerja yang kuat, The Fed dianggap tak memiliki cukup alasan untuk mulai mengurangi level kenaikan suku bunganya.
Seperti diketahui, The Fed akan merilis pernyataan kebijakannya pada Rabu (2/11) pukul 14.00 waktu setempat, dan investor akan mengamati setiap sinyal dalam pernyataan dari Gubernur The Fed, Jerome Powell.
Dikutip dari Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 0,24% atau 79 poin menjadi 32.653. Indeks S&P 500 turun 0,41% atau 15 poin ke level 3.856. Indeks Komposit Nasdaq menyusut 0,89% atau 97 poin ke level 10.890
Enam dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor jasa-jasa komunikasi dan konsumer non-primer terpangkas masing-masing 1,81% dan 1,35%, memimpin penurunan. Sementara itu, sektor energi naik 0,99%.
Survei menunjukkan, lowongan pekerjaan AS secara tak terduga naik pada September, menunjukkan permintaan tenaga kerja tetap kuat, bahkan ketika The Fed memulai jalur kenaikan suku bunga yang agresif untuk menurunkan inflasi.
Fokus pada data pasar tenaga kerja membayangi laporan lain yang menunjukkan aktivitas manufaktur AS tumbuh pada laju paling lambat dalam hampir 2,5 tahun pada Oktober. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan suku bunga mendinginkan permintaan barang dan tekanan harga pada produsen berkurang.
Kepala Strategi Pasar Ameriprise Financial, Anthony Saglimbene menilai hal itu menjadi perhatian pasar, karena The Fed ingin memperlambat pasar tenaga kerja.
"Mereka ingin memperlambat perekrutan sehingga permintaan turun dalam perekonomian yang akan membantu inflasi. Dari sudut pandang ketenagakerjaan, semuanya terlihat kuat, dan itu memberi tekanan pada saham," kata Anthony, dikutip dari Reuters, Rabu (2/11).
Saham-saham berkapitalisasi besar seperti Amazon dan Apple masing-masing turun 5,52% dan 1,75%. Kedua perusahaan mengalami kesulitan sejak The Fed menaikkan suku bunga.
Di sisi lain, harga saham Uber Technologies melonjak 11,97% setelah memberi pandangan laba kuartal IV 2022 yang optimistis. Uber mengangkat saham rekan-rekannya seperti, Lyft Inc yang naik 3,48% dan DoorDash melonjak 3,61%.