Indeks Wall Street Anjlok, Era Suku Bunga Tinggi The Fed Belum Usai
Indeks utama di Bursa Wall Street, Amerika Serikat (AS), anjlok pada akhir perdagangan Rabu (2/11) waktu setempat, atau Kamis (3/11) pagi waktu Indonesia.
Hal ini terjadi setelah pernyataan Gubernur bank sentral AS Federal Reserve, Jerome Powell, terkait kebijakan Fed yang menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin (Bps), telah menghancurkan optimisme investor pasar modal.
Namun, Jerome Powell juga mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga yang lebih kecil berpotensi segera terjadi.
Dikutip dari Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average terpuruk 1,55% atau 505,44 poin, menjadi menetap di 32.147,76. Indeks S&P 500 anjlok 2,50% atau 96,41 poin, dan berakhir di level 3.759,69. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 3,36% atau 366,05 poin, dan ditutup di level 10.524,80.
Investor mengantisipasi kenaikan suku bunga, sembari berharap The Fed akan memberi sinyal kesediaan untuk mulai mengurangi kenaikan suku bunga pada pertemuan Desember mendatang.
Namun, komentar Jerome Powell bahwa berpikir tentang menghentikan kenaikan suku bunga merupakan hal yang sangat prematur, membuat harga saham-saham turun tajam .
Stephen Massocca, Wakil Presiden Senior Wedbush Securities menilai pernyataan Jerome dalam pidato tersebut merupakan momentum frustrasi.
"Saya tidak berpikir dia seharusnya melakukannya dengan cara dia melakukan ini. Tapi saya mengerti mengapa dia melakukannya, dan dalam gambaran besar, dia melakukan hal yang benar sekarang. Pada akhirnya ini akan baik untuk ekonomi dan baik untuk pasar," kata Stephen seperti dikutip Reuters, Kamis (3/11).
Setelah reli kuat pada Oktober yang membuat indeks Dow Industrial membukukan persentase kenaikan bulanan terbesar sejak 1976 dan reli S&P sekitar 8,0%, tiga indeks utama di Wall Street berfluktuasi selama tiga sesi berturut-turut. Penurunan pada Rabu (2/11) merupakan persentase penurunan terbesar untuk S&P 500 sejak 7 Oktober.
Indeks S&P 500 menyusut tipis sebelum pengumuman kebijakan The Fed. Hal ini karena laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan, penggajian perusahaan swasta AS meningkat lebih dari yang diharapkan pada Oktober, memberikan lebih banyak alasan kepada The Fed untuk melanjutkan kebijakan suku bunga tinggi.