Bursa Wall Street Kompak Lesu Imbas Kejatuhan Saham Teknologi
Indeks saham Wall Street, Amerika Serikat (AS) ditutup melemah pada Rabu (26/10) waktu setempat. Indeks S&P 500 bahkan mencapai level terendahnya sejak Mei, sementara Nasdaq Composite juga merosot ke tingkat terburuknya sejak Februari.
Kemarin, Nasdaq Composite merosot 2,43% pada level 12.821 mencatat hari terburuknya sejak 21 Februari ketika indeks ini turun sekitar 2,5%. Sedangkan Indeks Dow Jones Industrial Average terkoreksi 0,32% atau sekitar 105,45 poin, dan ditutup pada level 33.035.
Sementara Indeks S&P 500 turun sekitar 1,4% dan ditutup pada 4.186 Ini adalah pertama kalinya indeks ini ditutup di bawah angka 4.200 yang selama ini diperhatikan oleh para analis. Ini adalah pertama kalinya S&P 500 ditutup di bawah ambang batas ini sejak Mei.
Indeks S&P 500 juga ditutup di bawah level kunci sebab hasil kuartal yang mengecewakan dari perusahaan induk Google, Alphabet, dan juga karena kenaikan suku bunga.
Saham Alphabet anjlok lebih dari 9% sebab bisnis cloud-nya tidak mencapai ekspektasi analis. Saham kelas A Alphabet bahkan mencatat hari terburuknya sejak Maret 2020. Seiring dengan penurunan Alphabet, sektor layanan komunikasi S&P 500 juga merosot sekitar 5,9%.
Selain itu, saham-saham raksasa teknologi seperti Apple dan Amazon juga melemah. Saham Apple turun sekitar 1,3%, sementara Amazon merosot sekitar 5,6%. Perlu dicatat, Amazon akan melaporkan hasil kuartal ketiga setelah penutupan pasar pada Kamis, sehingga investor dengan cemas mengawasi perkembangan perusahaan ini.
Selama minggu ini, selain pendapatan perusahaan, investor juga memantau imbal hasil obligasi (Treasury yields), yang berada pada level tertinggi dalam beberapa tahun terakhir. Imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun naik sekitar 11 basis poin, mendekati level 4,95%. Pada awal minggu, imbal hasil bahkan mencapai di atas 5%, yang membuat investor khawatir dan menekan saham-saham teknologi.
Analis Pasar Senior di Oanda, Ed Moya menyampaikan bahwa laporan keuangan telah mendominasi berita utama dan Ia tak bisa mengalihkan pandangannya dari pasar obligasi.
"Kita belum pernah melihat laju meroketnya imbal hasil ini sejak 1982 dan ini akan menjadi masalah bagi saham,” kata Moya dikutip dari CNBC, Kamis (26/10).
Sedangkan saham Microsoft menguat sebagai outlier di antara penurunan saham-saham teknologi pada Rabu, dengan sahamnya naik 3% setelah hasil fiskal kuartal pertama mengalahkan estimasi Wall Street.
Selain itu, perusahaan-perusahaan teknologi IBM dan Meta juga akan memposting hasil kuartalan pada sore hari. Sekitar 29% dari perusahaan-perusahaan S&P 500 telah membukukan pendapatan kuartal ketiga sejauh ini. Dari perusahaan-perusahaan tersebut, 78% telah melampaui ekspektasi.