Sosok Politisi PDIP di IPO Perusahaan Nikel NICE, Lanjut Ganti Pemilik

Ira Guslina Sufa
17 Desember 2023, 13:37
IPO Perusahaan Nikel NICE
ANTARA FOTO/Jojon/rwa.
Ilustrasi tambang nikel dari foto udara.

Bursa Efek Indonesia akan kedatangan emiten baru di awal 2024. Perusahaan yang bergerak di sektor basic materials berupa tambang bijih nikel, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk (NICE) akan menggelar penawaran umum perdana atau initial public offering atau IPO saham. 

Sesuai rencana perusahaan di bidang tambang bijih nikel ini akan melantai di bursa pada 9 Januari 2024. Adapun harga saham IPO berada di kisaran Rp 430 - Rp 530. Meski begitu dana senilai Rp 644,69 miliar yang dihasilkan dari IPO tidak akan masuk ke kas perusahaan lantaran IPI dilakukan atas dasar pelepasan saham dua pemegang lama yaitu saham milik PT Sungai Mas Minerals (SMM) dan PT Inti Mega Ventura (IMEV). 

Merujuk prospektus IPO Sungai Mas Minerals saat ini memiliki 51% saham dan Inti Mega memiliki 48,1% saham. Dengan pelepasan masing-masing 608,2 juta lembar saham melalui IPO maka kepemilikan saham kedua perusahaan berkurang masing-masing 10% menjadi SMM sebanyak 41% dan IMEV sebanyak 38,8%. 

Selain kedua entitas itu dua pemilik saham NICE lainnya yaitu Michael Adhidaya Susantyo (MAS) dan Victor Agung Susantyo (VAS) tetap mempertahankan kepemilikan saham dengan masing-masing menggenggam 25 juta saham atau setara 0.41%. 

Dalam aksi korporasi ini, harga penawaran awal (bookbuilding) yang ditawarkan ada di kisaran Rp 430-530 per saham. Sehingga dari sini perseroan bisa meraih dana sebanyak-banyaknya Rp 644,69 miliar.

“Seluruh saham yang ditawarkan dalam IPO saham merupakan milik para pemegang saham penjual. Oleh karena itu, seluruh dana hasil IPO akan diterima oleh para pemegang saham penjual dan perseroan tidak menerima dana hasil IPO,” tulis prospektus seperti dikutip Minggu (17/12). 

Sosok Politikus PDIP di Balik IPO NICE

Merujuk dokumen IPO, PT Adhi Kartiko Pratama Tbk atau NICE merupakan perusahaan yang berdiri sejak Juli 2008. Adapun pendirian perusahaan disahkan oleh oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada November 2008 dan mulai beroperasi pada 2013. 

Berdasarkan pasal 3 anggaran dasar, NICE bergerak dalam bidang pertambangan bijih nikel, aktivitas perusahaan holding, pelayanan kepelabuhan laut, kawasan industri dan analisis dan uji teknis lainnya. Saat ini Adhi Kartiko menjalankan usaha di bidang pertambangan bijih nikel.

Masih merujuk dokumen IPO, nama entitas induk terakhir adalah PT Dwidaya Mega Investama. Adapun pihak pengendali dari PT Dwidaya Mega Investama adalah Herman Herry Adranacus. Merujuk prospektus Herman juga merupakan pemilik manfaat akhir NICE adalah Herman Herry Adranacus yang juga menjadi pihak pengendali setelah pelaksanaan penawaran umum perdana saham. 

Siapa Herman Herry Adranacus? Dalam dua puluh tahun terakhir, Herman Herry lebih dikenal sebagai sosok politikus lantaran ia merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ia merupakan anggota fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur II. 

Di Parlemen Herman Herry sudah menjadi anggota Dewan sejak 2004 dan berturut selama empat periode sampai sekarang. Saat ini ia menjadi anggota fraksi PDIP dan duduk di Komisi VII yang membidangi persoalan energi dan pertambangan. 

Meski begitu untuk pemilu 2024 ini Herman Herry tak maju lagi menjadi anggota DPR. Ia kini mendukung anaknya Stevano Andranacus untuk maju menjadi caleg DPR RI dari Nusa Tenggara Timur. 

Aksi Korporasi Setelah IPO NICE

Aski Herman Herry di lantai bursa tak berakhir dengan mengantar IPO NICE. Setelah pencatatan perdana, empat pemilik awal NICE kembali melepas kepemilikan saham mereka. Adapun saham yang akan dilepas Sungai Mas adalah 1,85 miliar, oleh Inti Mega 1,73 miliar dan diikuti Michael dan Victor masing-masing 25 juta saham. 

Saham tersebut selanjutnya akan dibeli oleh  LX International Corp (LXI) atau entitas yang ditunjuk ole LXI berdasarkan perjanjian jual beli atau CSPA tertanggal 2 November 2023. Pengambilalihan perseroan tersebut akan dilakukan oleh PT Energy Battery Indonesia atau EBI sebagai entitas yang ditunjuk oleh LXI. Adapun EBI merupakan anak perusahaan LXI dengan kepemilikan saham hingga 99,99%. 

Dengan demikian setelah pengambilalihan saham, selanjutnya LXI melalui Energy Battery akan menjadi pengendali baru perseroan. EBI pun selanjutnya akan menjadi pemilik manfaat akhir dari perseroan dengan kepemilikan 60%. Sedangkan Herman Herry melalui SMM memiliki 10,3 saham dan IMEV sebanyak 9,57%. Selanjutnya sebanyak 20% merupakan saham publik.

Susuan Direksi dan Dewan Komisoris NICE setelah masuknya Energy Battery

Direktur Utama : Sang Moo Lee 

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...