Bursa Wall Street Ditutup Naik, S&P 500 Cetak Rekor Kenaikan Mingguan
Indeks bursa Amerika Serikat (AS) ditutup menguat pada Senin (18/12) kemarin. Situasi itu menjadi memastikan adanya kenaikan Indeks S&P 500 selama tujuh minggu berturut-turut.
Di sisi lain Indeks Dow Jones Industrial Average hampir tidak berubah, naik hanya 0,86 poin atau 0,00%, mencapai 37.306,02. Sementara itu, S&P 500 tumbuh sebesar 0,45%, mencapai 4.740,56 dan Nasdaq Composite yang berfokus pada teknologi terapresiasi 0,61% menjadi 14.904,81.
Saat ini, Indeks S&P 500 berada dalam jarak 1,2% dari level tertinggi sepanjang masa, yaitu 4.796,56 poin yang tercatat pada Januari 2022. Selain itu, sektor layanan komunikasi berhasil melampaui kinerja Indeks S&P 500 dengan kenaikan sebesar 1,9%.
Saham-saham besar di sektor teknologi seperti Meta Platforms melesat hampir 3%, sementara perusahaan Induk Google, Alphabet, melonjak lebih dari 2%. Saham U.S. Steel juga ikut melesat hingga 26% usai Nippon Steel dari Jepang mengumumkan rencananya untuk mengakuisisi perusahaan ini dalam sebuah kesepakatan senilai US$ 14,9 miliar.
Kenaikan tersebut membuat S&P 500 mencatatkan kenaikan mingguan terpanjang sejak 2017 silam. Secara keseluruhan, indeks pasar naik sebanyak 3,8% selama bulan tersebut.
Pada Desember, Dow Jones terapresiasi 3,8%, sementara Nasdaq mengalami kenaikan yang lebih besar, yakni sebesar 4,8%. Dow juga mencatatkan rekor intraday pada hari Jumat, sementara Nasdaq 100 mencatatkan rekor penutupan baru.
Oleh sebab itu, sentimen investor berubah menjadi positif minggu lalu usai Federal Reserve mengindikasikan ada kemungkinan terjadi tiga penurunan suku bunga jangka pendek pada 2024 di tengah penurunan angka inflasi. Akibatnya, imbal hasil obligasi turun, di mana imbal hasil obligasi dengan tenor 10 tahun turun di bawah level 4%.
Kepala Strategi Ekuitas di U.S. Bank Wealth Management Terry Sandven mengatakan tren ini adalah kelanjutan dari apa yang telah disaksikan investor sepanjang bulan ini. Terlihat bahwa inflasi cenderung menurun, suku bunga mengarah ke level yang lebih rendah, dan pendapatan, sampai saat ini, menunjukkan stabilitas.
"Itu adalah latar belakang yang konstruktif untuk ekuitas,” kata Sandven seperti dikutip dari CNBC pada Selasa (19/12).
Meskipun demikian, Sandven menyebut masih ada beberapa kekhawatiran yang akan dihadapi para investor menjelang tahun baru. Menurutnya, diperkirakan pendapatan perusahaan akan melemah sebab proyeksi saat ini terlalu optimistis.
Potensi tekanan terhadap pendapatan perusahaan, bersama dengan valuasi yang telah mencapai level yang tinggi, menjadi faktor-faktor yang melemahkan pandangan optimis itu. "Kami pikir tarik-menarik antara pasar bullish dan bearish tetap seimbang untuk tahun yang baru," ujar Sandven.