Bursa Wall Street Lesu, Investor Tunggu Pengumuman Data Inflasi
Bursa saham di Wall Street, Amerika Serikat (AS) didominasi menurun pada penutupan perdagangan hari Senin (12/2). Hanya Dow Jones Industrial Average mencapai rekor tertinggi atau all time high dengan kenaikan 125,69 poin atau 0,33%, mencapai level 38.797,38.
Kenaikan tersebut dipicu oleh sentimen investor terhadap data inflasi dan pendapatan yang akan dirilis. Sementara itu, Indeks S&P 500 turun tipis sebesar 0,09% berakhir di 5.021,84 dan Nasdaq Composite tergelincir 0,3% hingga ditutup pada 15.942,55.
Sebelumnya pada Jumat (9/2) akhir pekan kemarin, S&P 500 berhasil ditutup di atas level 5.000 untuk pertama kalinya sepanjang sejarah. Kinerja S&P 500 juga melesat lebih dari 5% sejak awal tahun.
Tak hanya itu, ketiga indeks utama, yaitu S&P 500, Nasdaq Composite, dan Dow, telah mengalami kenaikan selama lima minggu berturut-turut. S&P 500 dan Nasdaq Composite masing-masing terapresiasi sebesar 1,4% dan 2,3% minggu lalu, sementara Dow mengalami kenaikan sedikit lebih tinggi.
"Meskipun saham-saham AS sekarang ini telah memberikan banyak berita baik, kami percaya bahwa reli ini telah didukung dengan baik," kata Mark Haefele, Kepala Investasi UBS Global Wealth Management dikutip CNBC, Selasa (13/2).
Di samping itu, pada minggu depan, sebanyak 61 saham di S&P 500 dijadwalkan akan melaporkan kinerja keuangan, termasuk saham-saham yang terkait dengan gig economy seperti Lyft, Instacart, dan DoorDash. Sementara perusahaan-perusahaan seperti AutoNation, Kraft Heinz, Hasbro, dan Coca-Cola juga dijadwalkan akan melaporkan terkait kondisi konsumen AS.
Para pelaku pasar juga akan mengamati rilis terbaru mengenai indeks harga konsumen (CPI), yang merupakan salah satu pengukur inflasi utama dijadwalkan akan dirilis pada Selasa (13/2) pagi. Lebih banyak data ekonomi utama diharapkan pada hari Kamis dan Jumat, termasuk pembacaan penjualan ritel, produksi, impor dan ekspor bulan Januari, pembangunan rumah, dan indeks harga produsen (PPI).
Ahli strategi suku bunga Bank of America, Meghan Swiber, menyatakan bahwa Federal Reserve menegaskan perlunya melihat 'keyakinan yang lebih besar' pada data inflasi untuk memulai siklus pemangkasan suku bunga. Swiber menyebut yang diinginkan oleh The Fed adalah komposisi disinflasi. Sejauh ini, disinflasi telah didorong oleh deflasi harga barang, sementara disinflasi jasa cenderung lebih persisten.
“Kami memperkirakan perbedaan ini akan terus berlanjut di bulan Januari," tambahnya.
Meskipun demikian, kinerja pasar selama tiga bulan terakhir menunjukkan kekuatan dan konsistensi yang luar biasa, sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya koreksi dalam waktu dekat. Menurut data dari Bespoke Investment Group, S&P 500 tercatat lebih dari 70 hari perdagangan tanpa mengalami penurunan sebesar 2%.