Indofood Bukukan Laba Rp 8,14 Triliun, Intip Proyeksi Bagi Dividennya
Emiten konsumer Grup Salim, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), mencatatkan laporan keuangan yang positif sepanjang 2023.
Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 8,14 triliun, naik 28% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 6,35 triliun pada 2022. Tak hanya itu, penjualan bersih INDF juga mencapai Rp 111,7 triliun di 2023 atau naik 0,79% YoY dari Rp 110,83 triliun.
Secara rinci, penjualan produk konsumen bermerek terkerek sebesar 5,12% YoY menjadi Rp 68,59 triliun. Sementara penjualan dari segmen Bogasari berkontribusi Rp 30,41 triliun sepanjang 2023.
Selain itu, penjualan dari segmen agribisnis mencapai Rp 15,97 triliun, sedangkan penjualan dari segmen distribusi mencapai Rp 6,95 triliun.
Total eliminasi yang ditanggung oleh INDF mencapai Rp 10,23 triliun atau turun sebesar 0,68% YoY. Di sisi lain, total aset perusahaan meningkat sebesar 3,41% secara tahunan, dari Rp 180,43 triliun per 31 Desember 2022 menjadi Rp 186,58 triliun per 31 Desember 2023. Kemudian total liabilitas menyusut 0,79% YoY, menjadi Rp 86,12 triliun.
Direktur Utama dan Chief Executive Officer Indofood, Anthoni Salim menyatakan perusahaan berhasil mencatat kinerja keuangan yang stabil pada 2023, meskipun dihadapkan pada tantangan ekonomi global yang berubah-ubah. Saat memasuki 2024, kata Salim, perusahaan optimis dapat mempertahankan kinerja tersebut, tetapi tetap waspada menghadapi ketidakpastian dalam skala global.
“Kami terus berupaya untuk meraih pertumbuhan yang berkelanjutan serta menjaga keseimbangan antara pangsa pasar dan profitabilitas,” kata Salim dalam keterangan resminya, Selasa (26/3).
Proyeksi Dividen
Sementara itu, Lead Investment Analyst Stockbit Sekuritas, Edi Chandren, mengatakan laba bersih INDF sebesar Rp 1,06 triliun turun sebesar 30% secara kuartalan (QoQ) dan 38% secara tahunan (YoY).
Penurunan ini disebabkan oleh kerugian nilai investasi pada entitas asosiasi sebesar Rp 2,43 triliun. Hal itu terutama disebabkan oleh penurunan nilai wajar Dufil Prima Foods Plc. (DPFP), entitas asosiasi yang beroperasi di Nigeria di bawah Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), sebesar Rp1,81 triliun.
“Kami menduga bahwa penurunan nilai wajar DPFP terkait dengan krisis nilai tukar naira Nigeria yang anjlok -50% terhadap rupiah selama 2023,” tulis Edi dalam risetnya, Selasa (26/3).
Rendahnya laba bersih 2023 menyebabkan laba bersih kumulatif INDF selama 2023 hanya mencapai Rp 8,15 triliun atau sebesar 28% secara tahunan (YoY). Angka ini berada di bawah ekspektasi sebab hanya setara dengan 88% dari estimasi Stockbit dan 89% dari estimasi konsensus.
Selain itu, Edi mengatakan, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) tetap menjadi penopang utama kinerja INDF dengan pertumbuhan laba usaha sebesar 19% secara tahunan selama 2023. Kontribusi laba usaha ICBP bagi INDF mencapai 75,2% selama 2023, sesuai dengan prediksi Stockbit Sekuritas sebelumnya.
Meskipun laba bersih tertekan dan tidak memenuhi ekspektasi karena adanya penurunan nilai investasi yang bersifat non-operasional, Edi percaya bahwa pengumuman kinerja INDF masih dapat memengaruhi sentimen negatif terhadap saham INDF dan ICBP.
“Sebab, nilai penurunan investasinya signifikan dan dapat muncul kekhawatiran mengenai masih adanya potensi penurunan nilai investasi pada 2024,” ujarnya.
Edi juga memperkirakan besaran dividen tidak akan terlalu terpengaruh dengan penurunan nilai tersebut. Dengan pencapaian kinerja operasional 2023, Stockbit Sekuritas masih mempertahankan ekspektasi pembayaran dividen tahun buku 2023 dari INDF sebesar Rp 2,78 triliun atau Rp316 per saham.
Dengan mengacu pada harga saham INDF pada penutupan bursa hari Senin (25/3) sebesar Rp 6.450 per lembar, perkiraan jumlah dividen tersebut mengindikasikan dividend yield sebesar 4,9%.