Bursa AS Ditutup Turun Saat Otot Dolar AS Menguat

Hari Widowati
24 Juni 2024, 05:36
ilustrasi bursa AS
xPACIFICA/Getty Image
Indeks bursa Amerika Serikat atau bursa AS turun untuk sesi kedua berturut-turut karena terbebani oleh pelemahan saham-saham teknologi, pada Jumat (21/6).
Button AI Summarize

Indeks bursa Amerika Serikat atau bursa AS turun untuk sesi kedua berturut-turut karena terbebani oleh pelemahan saham-saham teknologi, pada Jumat (21/6). Sementara itu, dolar AS mencapai level tertinggi sejak awal Mei karena indeks aktivitas bisnis AS naik tipis ke level tertinggi lebih dari dua tahun terakhir.

S&P Global mengatakan Indeks Output PMI Komposit AS, yang melacak sektor manufaktur dan jasa, naik tipis menjadi 54,6 bulan ini. Ini merupakan angka tertinggi sejak April 2022, naik tipis dari angka 54,5 di bulan Mei. Angka di atas 50 menunjukkan ekspansi.

Meskipun pemulihan di sektor ketenagakerjaan AS membantu mengangkat angka tersebut, tekanan harga mereda, sehingga menambah data terbaru yang telah mendorong optimisme bahwa inflasi mungkin mendingin.

Di Wall Street, S&P 500 dan Nasdaq ditutup sedikit lebih rendah karena saham Nvidia yang turun lebih dari 3% pada awal perdagangan menjadi penekan terbesar pada kedua indeks. Penurunan harga saham Nvidia juga menyeret penurunan saham-saham teknologi.

Menurut laporan Reuters, meski turun pada perdagangan Jumat, saham Nvidia sudah naik sekitar 155% sejak awal tahun ini. Reli yang kuat pada saham-saham terkait kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) mengangkat indeks S&P 500 dan Nasdaq ke rekor tertinggi dalam beberapa hari terakhir.

"Bursa AS telah mengalami pergerakan yang sangat kuat, terutama di S&P selama beberapa minggu terakhir. Jadi tidak mengherankan jika kita melihat hal-hal seperti berhenti sejenak dan tenang," kata Zachary Hill, kepala manajemen portofolio di Horizon Investments di Charlotte, North Carolina, seperti dikutip Reuters, Jumat (21/6).

Dow Industrials berhasil menguat tipis, sebagian didorong oleh kenaikan saham McDonald's. Dow mengakhiri minggu ini dengan kenaikan 1,44%, persentase kenaikan mingguan terbesar sejak pertengahan Mei.

S&P naik 0,61% dan ini merupakan kenaikan mingguan ketiga secara berturut-turut. Nasdaq hanya naik 0,003% pada minggu ini, indeks saham-saham teknologi ini juga sudah naik selama tiga minggu berturut-turut.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 15,57 poin atau 0,04% menjadi 39.150,33. Indeks S&P 500 turun 8,55 poin atau 0,16% menjadi 5.464,62. Sementara itu, Nasdaq Composite turun 32,23 poin atau 0,18% menjadi 17.689,36.

Indeks MSCI dari saham-saham di seluruh dunia turun 2,98 poin atau 0,37% menjadi 801,37 setelah menyentuh rekor intraday 807,17 pada Kamis (20/6). Namun, Indeks MSCI Global masih berada di jalur untuk kenaikan minggu ketiga secara berturut-turut.

Data ekonomi lainnya di pasar perumahan menunjukkan penjualan rumah yang sudah ada di AS turun selama tiga bulan berturut-turut pada bulan Mei. Hal ini disebabkan harga rumah yang mencapai rekor tertinggi dan kenaikan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang membuat calon pembeli menahan diri.

Indeks Saham Eropa dan Jepang Melemah

Saham-saham Eropa ditutup lebih rendah, tertekan oleh penurunan saham-saham bank dan saham-saham teknologi. Data ekonomi menunjukkan pertumbuhan bisnis zona euro melambat tajam pada bulan ini.

Indeks STOXX 600 turun 0,73%, sedangkan indeks FTSEurofirst 300 turun 15,59 poin atau 0,76%.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS secara singkat naik tipis setelah data tersebut tetapi sebagian besar tidak banyak berubah pada sesi tersebut. Imbal hasil pada obligasi AS bertenor 10 tahun 0,1 basis poin lebih tinggi pada 4,255%. Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor sepuluh tahun mencatat kenaikan mingguan pertama setelah dua penurunan berturut-turut.

Indeks dolar, yang mengukur pergerakan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,17% menjadi 105,81. Nilai tukar euro melemah 0,09% pada US$1,069. Poundsterling sedikit melemah 0,05% menjadi US$1,2649.

Dolar AS menguat terhadap yen Jepang sebesar 0,43% menjadi 159,59 yen. Level tersebut belum pernah terlihat sejak akhir April ketika Bank Sentral Jepang (BOJ) melakukan intervensi untuk menghentikan kejatuhan mata uangnya yang terjadi dengan cepat.

Data Jepang pada Jumat lalu mengindikasikan inflasi yang dipimpin oleh permintaan negara tersebut melambat pada Mei, mengaburkan gambaran kenaikan suku bunga dari Bank of Japan.

Deputi Gubernur Bank of Japan Shinichi Uchida mengatakan bank sentral bersedia untuk menaikkan suku bunga jika ekonomi dan harga bergerak sesuai dengan perkiraannya. Namun, tanda-tanda pelemahan tetap ada.

Di sektor komoditas, penguatan dolar AS membantu menurunkan harga minyak. Harga minyak mentah AS turun 0,69% pada US$80,73 per barel dan Brent turun 0,55% ke US$85,24 per barel, pada Jumat (21/6). Namun, secara mingguan kedua patokan minyak mentah tersebut berakhir naik sekitar 3%.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...