SSF Tawarkan Sistem Transaksi Mirip Saham dengan Modal Lebih Rendah

Nur Hana Putri Nabila
5 Desember 2024, 15:39
Pengunjung mengamati instalasi perbandingan pertumbuhan investasi di Galeri Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nym.
Pengunjung mengamati instalasi perbandingan pertumbuhan investasi di Galeri Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (31/10/2024).
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong literasi pasar modal usai resmi meluncurkan produk derivatif Single Stock Futures (SSF) pada pertengahan November lalu.

Peluncuran produk SSF usai tiga Anggota Bursa (AB) telah mendapatkan izin derivatif dan dapat memperdagangkan SSF. Ketiga AB tersebut antara lain, PT Binaartha Sekuritas, PT Ajaib Sekuritas, dan PT Phintraco Sekuritas.

Direktur Pengembangan BEI, Jeffrey Hendrik, mengatakan bahwa pengembangan SSF bertujuan untuk mengikuti tren investasi dan perkembangan bursa global.

Peluncuran produk ini juga untuk menyediakan alternatif investasi yang lebih terjangkau dan mudah diakses, khususnya bagi investor ritel yang ingin memiliki eksposur pada saham perusahaan besar dengan modal yang lebih kecil.

“Produk ini diharapkan dapat meningkatkan likuiditas pasar dan memberi pilihan investasi yang lebih beragam sehingga investor dapat menerapkan strategi investasi yang lebih kompleks,” kata Jeffrey dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (5/12).

Sebagai produk derivatif, Jeffrey menjelaskan bahwa SSF menawarkan berbagai keuntungan bagi investor, seperti kebutuhan modal yang lebih rendah dibandingkan saham. Dengan hanya 4% dari nilai transaksi saham, investor sudah dapat bertransaksi SSF senilai 1 lot saham.

Selain itu produk ini juga memberikan peluang keuntungan bagi investor, baik saat harga saham mengalami kenaikan maupun turun. Ia menyebut mekanisme perdagangannya yang mirip dengan saham sehingga lebih mudah dipahami oleh investor.

Jeffrey menambahkan bahwa BEI secara aktif memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai SSF, baik secara online maupun offline di berbagai daerah. Jeffrey berharap, melalui edukasi dan sosialisasi, investor pasar modal mulai memanfaatkan SSF untuk mengoptimalkan keuntungan portofolio dan meningkatkan likuiditas di pasar.

Selain itu, pihaknya juga mengajak para Anggota Bursa (AB) yang belum menjadi AB derivatif untuk berpartisipasi dalam meramaikan perdagangan produk derivatif di Bursa.

Kendati demikian, Jeffrey menyampaikan bahwa pihaknya mengakui adanya sejumlah tantangan dalam mengembangkan produk baru, terutama produk derivatif. Tantangan tersebut yakni, adopsi dan partisipasi pasar.

Hal ini sebab investor pasar modal perlu mendapat pemahaman dan literasi yang memadai agar bisa mulai memanfaatkan SSF.

“SSF memiliki kemiripan dengan saham dari sisi mekanisme jual dan beli, sehingga diharapkan adopsi produk ini lebih cepat bagi investor yang sudah terbiasa berinvestasi saham,” pungkasnya.

SSF menggunakan underlying Saham Konstituen Indeks LQ45 SSF merupakan produk derivatif berupa kontrak atau perjanjian yang nilai atau peluang keuntungannya terkait dengan kinerja aset lain. SSF menggunakan underlying saham konstituen Indeks LQ45, dengan satuan kontrak sebanyak 100 saham.

Aset dasar atau underlying asset SSF terdiri atas lima saham dari konstituen LQ45. Kelima saham tersebut adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Astra International Tbk (ASII), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...