Pos Indonesia Catatkan Sukuk Ijarah Rp 1 Triliun
Perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Pos Indonesia resmi mencatatkan Sukuk Ijarah Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2024 melalui penawaran umum di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, Jumat (10/1).
Sukuk ijarah diterbitkan untuk memperoleh dana yang akan digunakan untuk berbagai kebutuhan perusahaan. Kemudian dana tersebut akan dialokasikan untuk pengembangan infrastruktur, termasuk pelaksanaan program kerja seperti digitalisasi bisnis, pengembangan sistem Customer Relationship Management (CRM), serta perbaikan infrastruktur IT dan inovasi dalam bisnis digital.
Selain itu, dana dari Sukuk Ijarah ini juga akan digunakan untuk menambah modal kerja perusahaan guna mendukung operasional bisnis. Termasuk biaya operasional, pemasaran, pengembangan usaha di sektor jasa keuangan, layanan pos, paket pos, dan beban lain yang terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan.
Direktur Utama Pos Indonesia, Faizal Rochmad Djoemadi mengatakan, penerbitan sukuk ijarah ini merupakan langkah awal dalam rangka penerbitan sukuk berkelanjutan yang direncanakan dalam beberapa tahap. Ia optimistis dapat memberikan peluang bagi para investor agar aman berinvestasi sesuai dengan syariah, serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan perseroan di masa depan.
Ia mengatakan penawaran sukuk ijarah telah mendapatkan respons positif dari para investor, bahkan permintaannya mencapai Rp 1,6 triliun atau 60% lebih tinggi. Di samping itu, ia mengatakan pencatatan Sukuk Ijarah Berkelanjutan ini telah mendapatkan surat izin efektif dari Otoritas Jasa Keuangan secara resmi pada 27 Desember 2024.
“Hal ini memperlihatkan tingkat kepercayaan investor dan masyarakat kepada perusahaan semakin tinggi,” kata Faizal di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/1).
Penggunaan Dana
Adapun penggunaan dana, yakni sekitar Rp 100 miliar akan digunakan untuk pelunasan utang pokok dan sekitar 10% dari utang pokok pada PT Bank Neo Commerce atau Bank Neo. Kemudian Rp 325 miliar diperlukan untuk belanja modal.
"Sebanyak Rp325 miliar ini lebih dari 85% nya akan digunakan untuk IT dan digitalisasi, sisanya akan digunakan untuk biaya operasi,” ucapnya.
Meskipun begitu, penggunaan dana tersebut tidak akan dihabiskan di 2025, sebagian penggunaannya akan digunakan sebagian untuk untuk investasi di 2026.
Pos Indonesia meluncurkan tiga produk sukuk ijarah berkelanjutan. Pertama, sukuk SIPOST01ACN1 dengan emisi sebesar Rp 100 miliar dengan suku bunga 8,5%.
Selanjutnya, SIPOST01BCN1 dengan emisi sebesar Rp 750 miliar dan suku bunga 9,75%. Kemudian SIPOST01CCN1 dengan emisi Rp 150 miliar dan suku bunga imbal hasil yang ditawarkan sebesar 9,9%.
Di samping itu, penawaran umum sukuk ijarah berkelanjutan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi perkembangan pasar modal syariah Indonesia. Ia juga berharap langkah ini membuka kesempatan bagi para investor untuk ikut serta demi mendukung perusahaan BUMN yang berperan penting dalam perekonomian nasional.