Indeks Saham Wall Street Anjlok, Rilis Data Tenaga Kerja AS jadi Pemberat

Nur Hana Putri Nabila
13 Januari 2025, 06:04
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Antara
Ilustrasi - Bursa Wall Street. ANTARA/Reuters/Mike Segar
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat (AS) merosot pada penutupan perdagangan Jumat (10/1). Indeks saham Wall Street anjlok setelah laporan tenaga kerja yang cemerlang dirilis hingga mengurangi harapan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve tahun ini.

Dow Jones Industrial Average jatuh 696,75 poin atau 1,63%, berakhir di 41.938,45. S&P 500 turun 1,54% ke 5.827,04 hingga Nasdaq Composite merosot 1,63% ke 19.161,63. Penurunan ini membuat ketiga indeks utama memasuki zona merah untuk tahun 2025.

Di samping itu, data menunjukkan jumlah pekerjaan di AS meningkat 256.000 pada Desember.  Angka tersebut jauh di atas perkiraan ekonom yang memprediksi kenaikan sebesar 155.000. 

Lalu tingkat pengangguran yang diperkirakan tetap di 4,2% justru turun menjadi 4,1%. Imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun naik ke level tertinggi sejak akhir 2023 setelah laporan ini dirilis.

Pakar Senior Strategi Pasar Global di Wells Fargo Investment Institute, Scott Wren, mengatakan meskipun ada kabar baik untuk ekonomi, hal ini tidak begitu menguntungkan bagi pasar.  

"Meskipun kenaikan yang tidak terduga ini lebih tinggi dari proyeksi konsensus, hal tersebut tidak mengubah pandangan kami bahwa pasar tenaga kerja kemungkinan akan melambat dalam beberapa kuartal ke depan,” kata Wren dikutip CNBC, Senin (13/1). 

Para pedagang memberikan peluang 97% bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga pada pertemuannya di bulan Januari. Investor menduga bank sentral akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan Maret. Prediksi ini didasarkan pada perdagangan berjangka Fed Funds.

Potensi Pemangkasan Suku Bunga 

CME FedWatch Tool mendata, kemungkinan pemangkasan suku bunga pada bulan Maret bakal turun menjadi sekitar 25% setelah data ketenagakerjaan turun dari 41%. Apabila menilik pemangkasan sebelumnya, The Fed juga telah mengurangi suku bunga acuan sebesar seperempat poin pada bulan Desember. 

Di samping itu saham-saham anjlok setelah indeks sentimen konsumen Universitas Michigan menunjukkan kekhawatiran mengenai inflasi. Indeks keseluruhan tercatat di 73,2 untuk Januari, lebih rendah dari perkiraan Dow Jones yang sebesar 74. 

Sebagian besar penurunan disebabkan oleh kenaikan ekspektasi inflasi satu tahun menjadi 3,3% dari sebelumnya 2,8%. Ekspektasi inflasi lima tahun juga meningkat ke level tertinggi sejak Juni 2008.

Saham pembuat chip Nvidia turun 3%, sementara AMD dan Broadcom masing-masing tergerus 4,8% dan 2,2%. Palantir bahkan terperosok lebih dari 1%. Saham-saham berkapitalisasi kecil, yang juga sangat dipengaruhi oleh perubahan suku bunga pinjaman, turut turun, dengan indeks Russell 2000 kehilangan lebih dari 2%.

Kepala Strategi Teknikal LPL Financial, Adam Turnquist, menyebut suku bunga bergerak sedikit terlalu cepat dan terlalu tinggi sehingga menyebabkan ekuitas pasar mengalami aksi jual. Pergerakan imbal hasil baru-baru ini menunjukkan potensi koreksi atau kemunduran bagi S&P 500. 

Adam mencatat hal penting yang sering terlupakan pada situasi kali ini adalah alasan di balik kenaikan suku bunga. Ia menilai ekonomi tumbuh lebih baik dari yang diperkirakan.

"Pada akhirnya, ini berarti potensi pendapatan yang lebih baik, risiko resesi yang lebih rendah, dan hal tersebut akan menentukan imbal hasil jangka panjang dibandingkan dengan aksi jual di pasar saat ini," ujarnya.

Adapun ketiga indeks utama mencatatkan kerugian mingguan berturut-turut. Dengan S&P 500 turun 1,9% dan Nasdaq Composite merosot 2,3%. Indeks Dow, yang terdiri dari 30 saham juga tergelincir 1,9% dalam seminggu.

Reporter: Nur Hana Putri Nabila

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...