BEI Panggil Direksi Teguk Gara-gara Ngaku Hanya Punya 4 Karyawan Tetap

Ringkasan
- BPS melaporkan kenaikan impor pakaian pada Juli 2024, khususnya dari Tiongkok untuk kode HS61 (pakaian rajutan) dan HS62 (pakaian non-rajutan).
- Secara bulanan, impor pakaian rajutan naik 55,46% dan non-rajutan naik 29,01%. Namun, secara kumulatif selama Januari-Juli 2024, impor kedua jenis pakaian ini mengalami penurunan.
- Industri tekstil Indonesia mengalami tekanan akibat persaingan dengan produk impor, yang tercermin dari pertumbuhan industri tekstil yang stagnan dan industri alas kaki yang hanya tumbuh 1,9%. Pemerintah berencana menerapkan kebijakan untuk mendorong persaingan sehat dan melindungi industri dalam negeri.

Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara soal emiten brand minuman kekinian, PT Platinum Wahab Indonesia Tbk alias Teguk yang hanya memiliki empat karyawan tetap. Mayoritas karyawan perusahaan berkode saham TGUK ini kini berstatus pekerja kontrak dan outsourcing.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengaku telah memanggil jajaran direksi Teguk. “Kami sudah kunjungi juga kantornya,” kata Nyoman kepada wartawan di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (27/2).
Teguk Pecat 540 Karyawan
Teguk sebelumnya melakukan memangkas 540 karyawan demi menekan biaya operasional. Berdasarkan materi Public Expose perseroan, jumlah karyawan perusahaan terpangkas dari 628 orang pada Desember 2023 menjadi tersisa 88 orang pada Oktober 2024.
Adapun 88 orang sisanya dipertahankan, dengan rincian 21 orang ditugaskan di head office dan dan 67 orang bertugas di outlet.
Pengurangan jumlah karyawan ini merupakan dampak dari kebijakan TGUK yang melakukan pengurangan jumlah outlate menjadi 35 toko hingga Oktober 2024. Langkah ini mengurangi biaya operasional sebesar 68,9%.
"Menurunnya pendapatan dari bulan April 2024 hingga Sept 2024, mendorong corporate action untuk mengendalikan biaya operasional perusahaan dengan melakukan pengurangan outlet, jumlah karyawan dan pemindahan lokasi kantor utama," jelas perusahaan dikutip, Senin (23/12).
Rugi Rp 20,1 Miliar hingga September 2024
Proses efisiensi ini dilakukan Teguk hanya selang setahun perseroan menetapkan harga penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham senilai Rp 110 per lembar. TGUK menawarkan saham perdananya dengan kisaran harga antara Rp 105-112 per saham.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, TGUK mencatatkan kerugian sebesar Rp 20,1 miliar hingga September 2024. Angka ini berbanding terbalik dengan kinerja pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 4,1 miliar. Penurunan laba terjadi karena adanya penurunan pendapatan dari Rp 100,1 miliar menjadi Rp 69,8 miliar.
Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 30% dari modal ditempatkan dan disetor penuh atau setara 1,07 miliar saham dengan nilai nominal Rp 16 per lembar. Melansir prospektusnya, Selasa (4/7/2023) maka dana yang bisa diraih perseroan sebanyak-banyaknya Rp 117,8 miliar dari IPO.