Nasdaq, S&P, Dow Jones Anjlok Sepekan karena Kebijakan Tarif Dagang Trump


Bursa saham Amerika Serikat Wall Street menguat pada perdagangan Jumat (7/3), namun tetap mencatatkan kinerja mingguan terburuk dalam beberapa bulan terakhir akibat kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump.
S&P 500 naik 0,55% ke level 5.770,20, Nasdaq Composite 0,7% menjadi 18.196,22, dan Dow Jones Industrial Average 0,52% menjadi 42.801,72.
Meski sempat bangkit di akhir sesi, S&P 500 tetap mencatat pekan terburuk sejak September 2024 dengan koreksi 3,1%. Dow Jones turun 2,4% dalam sepekan dan Nasdaq Composite melemah 3,5% setelah anjlok 10% dari level tertinggi baru-baru ini.
Non-Farm Payroll pada Februari hanya bertambah 151 ribu atau dibawah prediksi 170 ribu. Sementara itu, tingkat pengangguran naik menjadi 4,1%.
Non-Farm Payroll merupakan perubahan jumlah tenaga kerja AS di semua sektor, kecuali pegawai pemerintah, ibu rumah tangga, yang bekerja pada organisasi non-profit atau LSM dan pertanian. Data ini mencerminkan kondisi ketenagakerjaan di sektor komersial dan industri di Negeri Paman Sam.
Investor juga mencermati kebijakan tarif dagang Presiden Donald Trump yang menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Trump mengumumkan pada Kamis (6/3) tentang pengecualian tarif bagi beberapa barang dari Kanada dan Meksiko hingga 2 April.
Langkah itu memang mengurangi ketegangan perdagangan dengan kedua negara, namun pasar Amerika tetap tertekan oleh ketidakpastian mengenai kebijakan jangka panjang.
Kepala Investasi GDS Wealth Management Glen Smith menilai investor harus bersiap menghadapi volatilitas pasar hingga ketidakpastian mereda, meskipun ada harapan pemulihan dari aksi jual akibat kebijakan tarif.
“Pasar tidak menyukai ketidakpastian,” kata Smith dikutip CNBC Internasional, Senin (10/3).
Menteri Keuangan Scott Bessent mengatakan kepada CNBC Internasional, bahwa ekonomi mungkin mulai melambat sedikit. Namun ia menegaskan hal ini terjadi akibat transisi dari kebijakan pemerintahan sebelumnya. "Setiap tarif yang diberlakukan hanya akan menjadi penyesuaian harga satu kali dan tidak akan menyebabkan inflasi berkepanjangan," kata dia.