Ada Crossing Jumbo di Saham Permen YUPI Rp 18,38 Triliun Sehari Setelah IPO

Ringkasan
- Presiden Prabowo mengumumkan investasi US$20 miliar untuk proyek strategis termasuk hilirisasi sumber daya mineral, pengembangan teknologi, dan energi terbarukan. PT Pertamina Geothermal Energy (PGEO) berharap mendapatkan dukungan dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk proyek-proyek energi terbarukannya.
- PGEO belum menerima suntikan modal dari Danantara, namun berharap Danantara dapat memberikan akses pendanaan, teknologi, dan mitra strategis. Direktur Utama PGEO optimis Danantara akan tertarik pada proyek panas bumi karena fundamental bisnisnya yang kuat dan prospek yang menjanjikan.
- PGEO berkomitmen mengembangkan portofolio proyek panas bumi dan menerapkan prinsip ESG untuk mendukung target bauran energi nasional dan transisi energi bersih. PGEO optimis dengan rencana commissioning Lumut Balai Unit 2 yang akan meningkatkan kapasitas energi hijau dan pendapatan perusahaan.

Emiten permen PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) mencatatkan transaksi crossing saham di pasar negosiasi senilai Rp 18,38 triliun pada Rabu (26/3). Berdasarkan data D’Origin, nilai transaksi crossing saham YUPI berada di atas harga pasar yakni Rp 2.390 per lembar saham.
Apabila melihat pergerakan sahamnya, saham YUPI sepanjang hari ini diperdagangkan di rentang Rp 2.250–2.390 per lembarnya. Namun, pada perdagangan saham sesi pertama siang ini, Rabu (26/3), YUPI ditutup turun 3,35% ke Rp 2.310. Volume yang diperdagangkan tercatat 3,57 juta dengan transaksi Rp 8,21 miliar, dan kapitalisasi pasarnya Rp 19,74 triliun.
Dengan transaksi tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG mencatatkan nilai transaksi saham siang ini sebesar Rp 27,09 triliun dengan volume 19,07 miliar saham dan frekuensi sebanyak 665 ribu kali.
Pengendali Baru Yupi Setelah IPO
Yupi Indo Jelly Gum Tbk (YUPI) baru saja mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada Selasa (25/3). Harga sahamnya dibuka turun 2,09% di level 2.340 dan sempat anjlok hingga 10% ke level 2.140 pada pukul 09.37 WIB pada hari itu.
YUPI menjadi emiten ke-11 yang melantai di bursa pada tahun ini. Perusahaan menunjuk PT CIMB Niaga Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT OCBC Sekuritas Indonesia sebagai penjamin dan pelaksana emisi efek perseroan.
Berdasarkan data Stockbit hingga pukul 09.45 WIB, harga saham YUPI turun 7,53% ke level 2.310. Volume saham yang diperdagangkan sebanyak 37,37 juta dengan nilai transaksi 87 miliar. Adapun kapitalisasi pasar Yupi Indo Jelly Gum pagi itu mencapai Rp 18,88 triliun.
Adapun setelah IPO, Affinity Equity Partners bakal menjadi pengendali baru Yupi Indo Jelly Gum. Affinity menjadi pengendali setelah mengakuisisi mayoritas saham perseroan dari tangan PT Sweets Indonesia (PTSI) dan Daniel Budiman. Affinity Equity diketahui merupakan perusahaan ekuitas swasta asal Hong Kong.
Merespons hal tersebut, Direktur Utama Mandiri Sekuritas, Oki Ramadhana, mengatakan kehadiran Affinity sebagai pengendali YUPI akan semakin memperkuat posisi perusahaan. Tak hanya itu, ia juga menilai YUPI memiliki fundamental yang kuat serta prospek pertumbuhan yang positif.
“Bayangkan Affinity nanti akan menjadi pengendali dan itu bagus buat negara kami,” ucap Oki saat ditemui di Gedung Bursa Efek Indonesia, Selasa (25/3).
Kemudian Oki juga mengatakan masuknya Affinity Equity sebagai pengendali akan memberikan dorongan positif bagi YUPI, terutama untuk menjalankan rencana ekspansinya. Dengan pabrik yang sudah ada di Indonesia, kata Oki, kehadiran private equity ini akan semakin mempercepat ekspansi, tidak hanya di pasar domestik tetapi juga internasional.
Oki juga menyoroti posisi YUPI sebagai pemimpin pasar di segmen permen lunak. Berdasarkan prospektus perusahaan, YUPI menguasai 67% pangsa pasar di Indonesia, 21% di Malaysia, 17% di Singapura, dan 23% di Thailand, dan hampir menguasai pangsa pasar di Asia Tenggara.
“Jadi IPO seperti ini yang fundamentalnya bagus dan growth story-nya bagus, itu yang akan kami bawa terus,” tambah Oki.
Rencana Penggunaan Dana IPO YUPI
Dana yang diperoleh dari IPO, setelah dikurangi biaya emisi, akan dialokasikan untuk dua keperluan utama. Sekitar 77% akan digunakan untuk belanja modal, khususnya pembangunan pabrik baru di Nganjuk, Jawa Timur, dengan estimasi biaya Rp 437,5 miliar dan target operasional pada 2026.
Sekitar 23% akan digunakan sebagai modal kerja guna mendukung ekspansi bisnis, baik di pasar domestik maupun internasional. Dana ini mencakup kebutuhan pembayaran kepada distributor, pengadaan bahan baku hingga produksi barang jadi, serta penambahan jumlah karyawan guna memastikan kelancaran operasional dan peningkatan penjualan.
“Pengalokasian ini dilakukan untuk mengantisipasi permintaan pasar dan menjaga ketersediaan stok yang memadai,” demikian tertulis dalam prospektus yang diterbitkan perusahaan.
Setelah melantai di bursa, manajemen Perseroan berkomitmen untuk membagikan dividen hingga 80% dari laba bersih kepada pemegang saham. Pembagian dividen ini akan dilakukan jika semua ketentuan hukum telah terpenuhi, dengan tetap memperhatikan kondisi keuangan perusahaan.