Laba Mitratel (MTEL) Rp 2,1 Triliun Terdongkrak Ekspansi Menara dan Fiber Optik

Ringkasan
- Kementerian Kesehatan menemukan dugaan permintaan uang di luar biaya pendidikan resmi oleh senior kepada dokter Aulia Risma Lestari, mahasiswi PPDS Anestesi di Universitas Diponegoro, yang meninggal karena bunuh diri, dengan permintaan uang berkisar antara Rp 20 – Rp 40 juta per bulan sejak semester pertama.
- Investigasi Kemenkes menunjukkan bahwa beban finansial dari pungutan tersebut sangat memberatkan bagi Aulia dan keluarganya, diduga menjadi salah satu penyebab utama tekanan yang dialami Aulia, dimana ia juga bertugas mengumpulkan dan menyalurkan dana tersebut untuk kebutuhan non-akademik.
- Kementerian Kesehatan bekerja sama dengan kepolisian dalam investigasi dugaan perundungan terhadap Aulia, dengan telah menyerahkan bukti dan kesaksian tentang permintaan uang ini ke polisi dan memberlakukan penghentian sementara praktik PPDS anestesi di RS Kariadi untuk melindungi proses investigasi, menyoroti isu perundungan di dunia pendidikan dokter spesialis.

Emiten menara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membukukan laba tahun berjalan sebesar Rp 2,10 triliun untuk tahun buku 2024. Perolehan tersebut naik 4,8% secara year on year (yoy) dari periode tahun buku 2023 sebesar Rp 2,01 triliun.
Berdasarkan laporan keuangannya, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) itu membukukan pendapatan sebesar Rp 9,30 triliun pada 2024. Jumlah ini naik 7,2% yoy dari Rp 8,68 triliun pada 2023.
Bisnis penyewaan menara tetap menjadi kontributor utama pendapatan Mitratel, mencapai Rp 7,63 triliun atau tumbuh 6,9%. Lalu segmen fiber optic juga menunjukkan kinerja positif dengan pendapatan Rp 486 miliar atau meningkat 64,3% dari tahun sebelumnya.
Kenaikan pendapatan ini diimbangi dengan efisiensi biaya operasional, yang turun 5,2% dari Rp 1,7 triliun menjadi Rp 1,6 triliun. Di samping itu, EBITDA Mitratel naik 10,2% menjadi Rp 7,69 triliun, sementara margin EBITDA meningkat dari 80,4% pada 2023 menjadi 82,7% pada 2024.
Dari sisi pertumbuhan operasional, sepanjang 2024, Mitratel menambah 1.390 menara, sehingga total kepemilikan meningkat 3,7% menjadi 39.404 menara. Di tengah tren konsolidasi industri, jumlah kolokasi meningkat 5,5% dari 19.395 pada 2023 menjadi 20.464 pada 2024, sehingga total tenant bertambah 4,3% menjadi 59.868.
Hal ini mendorong tenancy ratio ke level 1,52 kali. Kontribusi pertumbuhan bisnis di luar Jawa lebih tinggi, dengan peningkatan tenant sebesar 5%, dibandingkan pertumbuhan 3% di wilayah Jawa.
Ekspansi Bisnis Fiber Optik
Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko atau Teddy, menuturkan bahwa pencapaian 2024 didorong oleh ekspansi agresif dalam menambah portofolio aset, terutama di luar Jawa. Strategi ini sejalan dengan rencana bisnis operator seluler yang gencar berekspansi ke luar Jawa untuk memperluas jangkauan, meningkatkan pangsa pasar, serta memperbaiki kualitas koneksi internet di wilayah pedesaan.
Selain ekspansi, Mitratel juga mengoptimalkan aset produktif dan mengadopsi teknologi digital dalam operasional bisnis. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi model bisnis perusahaan, tetapi juga memperkaya pengalaman pelanggan dengan menawarkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
“Kombinasi antara pertumbuhan pendapatan, optimalisasi aset dan pengelolaan biaya membuat EBITDA Margin kami semakin baik,” kata Teddy dalam keterangan resminya, Kamis (27/3).
Seiring dengan perkembangan teknologi 5G, Mitratel juga terus memperluas portofolio di ekosistem menara dengan mengembangkan jaringan fiber optik guna memenuhi kebutuhan operator seluler terhadap transport berlatensi rendah. Sepanjang 2024, Mitratel menambah panjang fiber optic sebesar 18.518 KM, baik melalui ekspansi organik maupun akuisisi.
Dengan tambahan tersebut, total panjang fiber optic billable Mitratel mencapai 51.039 KM pada akhir 2024, meningkat 56,9% dibanding tahun sebelumnya. Salah satu langkah strategis yang mendukung pertumbuhan ini, yakni akuisisi PT Ultra Mandiri Telekomunikasi (UMT) pada 2 Desember 2024. Akuisisi anak usaha PT PP Infrastruktur dari grup PT PP Tbk (PTPP) ini menambah aset fiber optik Mitratel sebesar 8.101 KM dengan billable length mencapai 12.524 KM, yang berpotensi memperluas pangsa pasar serta meningkatkan pendapatan.
Teddy menegaskan bahwa Mitratel akan terus memperkuat posisinya sebagai mitra strategis bagi operator seluler, tidak hanya dalam meningkatkan efisiensi operasional tetapi juga mendukung ekspansi ke berbagai wilayah baru yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
“Portofolio menara dan fiber kami tersebar merata di seluruh Indonesia. Jaringan infrastruktur yang kami miliki akan memudahkan para operator seluler untuk memperdalam penetrasi pasar dan mengembangkan bisnis, terutama di area rural,” katanya.